Berkaitan dengan momentum hari kemerdekaan Republik Indonesia, Indonesia Mengglobal dengan bangga ikut serta berbagi pengalaman berharga dari mahasiswa Indonesia dalam mengisi semangat kemerdekaan di luar negeri. Dalam hal ini, Diana Nur Fathimah (Anggota Paskibraka di KJRI Melbourne) dan Zahra Assyifa (Anggota Paskibraka di KBRI Wellington) membagikan kisah mereka kepada Yogi (Content Director for Australia, New Zealand, and Pacific Islands) saat menjadi anggota pasukan pengibar bendera di Australia dan Selandia Baru.
***
Mengenal Diana lebih dekat
Diana Nur Fathimah adalah penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan dari Kementerian Keuangan dan mengambil program Master of Education di Monash University, Australia. Kesempatan untuk belajar di salah satu kampus kelas dunia ini ia manfaatkan dengan mengikuti berbagai macam organisasi dan menjadi sukarelawan, baik yang dilaksanakan di kampus, maupun di luar kampus. Beberapa kegiatan tersebut antara lain menjadi fasilitator bahasa Inggris di lembaga kampus, menjadi salah satu dari Faculty of Education Student Ambassador, mengikuti kelompok fotografi Melbourne, dan lain-lain. Di antara semua kegiatan tersebut, menjadi bagian dari Paskibraka adalah salah satu yang paling berkesan bagi Diana.
Zahra dan Selandia Baru
Perjalanan awal Zahra Assyifa sebagai mahasiswi di Victoria University of Wellington dimulai pada tahun 2019. Bagi Zahra, jenjang kuliah dinilai sebagai waktu yang paling penting untuk mencari teman. Mengapa? Karena untuk pertama kali nya, Zahra akan menghabiskan waktu 3 tahun dengan teman-teman yang sama. Di saat itu juga lah ia mendengar kabar tentang tawaran untuk menjadi anggota pasukan pengibar bendera (Paskibraka) tahun 2019 di KBRI Wellington.
Perjalanan awal Diana dan Zahra sebagai anggota Paskibraka
Bagi Diana, menjadi paskibraka bukanlah hal baru. Ia turut aktif menjadi anggota paskibraka sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Bahkan, ia pun sempat menjadi Paskibraka Kabupaten Bandung saat SMA. Saat masa studi master nya di Monash University, Diana menerima kabar mengenai seleksi terbuka Calon Paskibraka untuk upacara peringatan HUT RI di KJRI Melbourne dari rekan-rekan studinya.
Terdapat 3 tahapan seleksi yang Diana hadapi, yakni Peraturan Baris Berbaris dasar, seleksi ketahanan fisik, dan terakhir wawancara. Saat hari seleksi tiba, terdapat kurang lebih 50 orang yang turut mendaftarkan diri dan berlatih di KJRI Melbourne. Pada sesi wawancara, Diana mengatakan bahwa “…ada banyak sekali cara untuk membela negara, dan dulu saya mengikuti Paskibraka untuk itu. Sekarang, saya ingin menjadi bagian dari Paskibraka Melbourne karena saya ingin memiliki keluarga baru, yang selalu mengingatkan saya pada Indonesia.” Di hari itu, Diana, dan sebelas mahasiswa Indonesia lainnya, terpilih menjadi Calon Paskibraka KJRI Melbourne 2017.
Sementara itu, Zahra mendapatkan kabar tentang tawaran menjadi anggota Paskibraka di KBRI Wellington dari ayah nya yang merupakan salah satu staff yang bekerja di sana. Saat mendengar kabar tersebut, perasaan Zahra bercampur aduk antara senang karena akhirnya ia dapat menghabiskan banyak waktu bersama teman-teman Indonesia dan takut karena ini akan menjadi kali pertamanya sebagai anggota Paskibraka. “Apakah aku akan bisa melakukannya?” pikiran ini mengisi kepala Zahra. Setelah berpikir banyak, akhirnya ia sadar bahwa kesempatan hebat semacam ini tidak akan datang dua kali dan ia tidak akan menyia-nyiakannya hanya karena ketakutan yang berlebihan. Akhirnya, Zahra pun membulatkan keputusannya untuk bergabung dalam tim Paskibraka dan bertekad untuk melaksanakan amanah yang diberikan sebaik-baiknya.
Seminggu setelah pengumuman tersebut, KBRI Wellington mengadakan pertemuan latihan pertama untuk anggota paskibraka. Di sana, Zahra bertemu 2 anggota paskibraka lainnya beserta pelatih dan Bapak Atase Pertahanan di KBRI Wellington. Mereka semua memiliki satu tujuan yang sama yaitu membuat upacara tahun itu lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, diumumkan bahwa orang yang akan mengeksekusi komando adalah orang yang berposisi di tengah, yaitu Zahra sendiri.
Hari spesial di KBRI Wellington bagi Zahra
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Cuaca pagi saat itu memang terasa sangat dingin dan berangin. Zahra dan teman-teman petugas upacara bendera langsung pergi ke lapangan, tempat dimana upacara akan dilaksanakan. Saat mereka melakukan gladi bersih, tiba-tiba hujan rintik-rintik pun turun. Dari kejauhan, Zahra dapat mendengar diskusi para staf KBRI Wellington tentang kemungkinan pembatalan upacara bendera karena cuaca yang memburuk seketika. Saat itu, ia hanya bisa berdoa agar hujan nya cepat mereda sehingga upacara bisa dilaksanakan.
Untungnya, di saat semua orang sibuk membicarakan rencana pemindahan upacara ke dalam ruangan, langit seolah berkata lain. Hujan rintik-rintik itu perlahan mereda dan cuacanya membaik seketika. Akhirnya, upacara bendera pun tidak jadi dibatalkan. Zahra sangat senang saat mendengar kabar itu dan semangatnya untuk menunjukan yang terbaik jadi tumbuh berlipat-lipat. Zahra pun dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Setelah upacara selesai, pesta kemerdekaan dilanjutkan di dalam ruangan dengan pemotongan tumpeng dan acara makan-makan.
Momen membanggakan bagi Diana di KJRI Melbourne
Setelah hampir empat bulan berlatih dan menguatkan kekompakan pasukan untuk bertugas di hari kemerdekaan, Diana dan anggota lainnya pun dikukuhkan oleh Ibu Dewi Savitri Wahab selaku Konsulat Jenderal RI di Melbourne. Formasi dua belas pasukan pengibar pada hari itu resmi dikukuhkan. Ratusan orang WNI di Melbourne datang ke KJRI Melbourne untuk mengikuti upacara. Diana dan pasukan pun sudah bersiap dari dini hari, mengenakan baju PDU putih dan peci hitam. Saling berjabat tangan dan berterima kasih pada semua Purna yang telah berdedikasi membimbing mereka sampai hari itu datang. Ketika doa selesai, Diana dan pasukan pun berbaris menuju lapangan mengikuti komando dan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Upacara pun sukses dilaksanakan. Bendera merah putih dikibarkan. Diana dan pasukan diistirahat-ditempat-kan, dengan perasaan haru dan lega, karena tugas utama Diana telah selesai. Tidak pernah ia merasa lebih lega daripada saat itu.
Pada pukul 2 siang, Diana dan pasukan berangkat menuju pengibaran kedua, yaitu Federation Square. Ada haru yang ia rasakan ketika berbaris masuk ke area Federation Square dengan derap langkah yang menggema di bagian-bagian dinding bangunan sekitarnya. Perlu diketahui bahwa mereka tidak pernah datang kesana untuk latihan sebelumnya. Federation Square hanya dibuka di hari H pengibaran. Namun Diana dan pasukan tetap percaya diri untuk melaksanakan tugas ini. Di musim dingin tahun 2017, bendera merah putih dikibarkan. Selesai sudah tugas kami sebagai Paskibra KJRI Melbourne 2017.
Poin utama dari pengalaman Diana dan Zahra sebagai anggota Paskibraka
Dari pengalaman yang sangat berharga tersebut, Zahra semakin memahami betapa pentingnya untuk selalu siap dan berani mencoba hal-hal baru. Ia juga jadi mengerti betapa berharganya setiap kesempatan yang datang kepadanya. Kesempatan-kesempatan spesial ini lah yang akan memperkaya pengetahuan dan pengalaman Zahra selama tinggal di Selandia Baru sebagai pelajar. Melalui kesempatan ini pula, ia bisa mengenal lebih banyak orang Indonesia yang tinggal di Wellington. Saat tinggal di negara orang, teman-teman Indonesia seperantauan akan terasa seperti saudara sendiri yang akan senantiasa membantu kapan pun saat kita membutuhkannya.
Sementara itu, alasan Diana menjadi Paskibra di Melbourne adalah untuk memiliki keluarga baru, yang selalu mengingatkannya pada Indonesia. Melalui pengalaman menjadi anggota Paskibraka, Diana memiliki keluarga besar yang masih sangat kompak sampai sekarang. Hingga saat ini, pengalaman menjadi anggota Paskibraka di KJRI Melbourne mengajarkan Diana tentang makna komitmen dan tekad. Selalu harus ada ruang untuk merefleksikan diri terhadap apa itu makna besar dibalik setiap upacara pengibaran bendera merah putih setiap tahunnya. Paskibra KJRI Melbourne, yang di dalamnya adalah mereka yang sedang jauh dari Nusantara, memberikan ruang untuk itu.
Pesan Diana dan Zahra untuk pembaca Indonesia Mengglobal
“Ada banyak cara yang bisa dilakukan agar tetap merasa dekat dengan Indonesia, walaupun sedang berada jauh dengannya, misalnya melalui musik tradisional, tari tradisional, atau pun menjadi anggota Paskibraka. Namun, semangat nasionalisme itu sendiri tidak selalu se-kasat-mata itu. Bagi kita para pelajar, niat mulia untuk membangun Indonesia ketika kembali, juga sudah cukup untuk tetap membuat kita merasa dekat dengan Indonesia. Bagi teman-teman yang ingin menjadi anggota Paskibra di luar negeri, ikutilah semua kegiatan dengan ikhlas dan hati terbuka. Pengalaman itu akan lebih manis ketika diingat kelak.” – Diana Nur Fathimah
“Raihlah setiap kesempatan yang menghampirimu. Bersikaplah positif dan percaya diri bahwa kamu bisa melalui tantangan apapun, dan percayalah, setiap kesempatan itu akan membawa kebaikan dan kamu akan sangat menyesal jika melewatkannya. Jika kalian berkesempatan belajar di Selandia Baru dan tertarik menjadi anggota Paskibra, luaskan lah jaringan mu dengan bersikap terbuka untuk menemui orang baru. Bergabung dengan komunitas-komunitas Indonesia setempat juga bisa menjadi salah satu cara untuk mendapat kabar-kabar terbaru tentang kesempatan berpartisipasi di acara-acara Indonesia di negara studi.” – Zahra Assyifa
***