Perjalanan Umar Membangun Karir Akademik

0
1298
Featured Image
Umar sedang menjelaskan materi tentang Indonesia's Foreign Policy

 

Dr. Ahmad Rizky M. Umar (Umar) adalah pemuda Indonesia yang sedang membangun karirnya sebagai seorang akademisi. Perjalanan karirnya dimulai saat ia menjadi seorang asisten peneliti pada sebuah pusat penelitian bidang Hubungan Internasional di kampus tempat ia menempuh pendidikan S1. Umar juga sempat mengalami rintangan saat ia gagal diterima menjadi dosen tetap di salah satu universitas di Indonesia.

Kini beliau dipercaya untuk mengajar di School of Political Science and International Studies, The University of Queensland Australia sebagai dosen sessional

Bagaimana perjalanan karir Umar sebagai seorang akademisi? Simak artikel di bawah ini!

Awal Karir Akademik: Kuliah di Jurusan Hubungan Internasional  

Sejak di bangku SMA, Umar sudah menyukai bidang penelitian dan kegiatan menulis. Bahkan beliau sempat ikut serta dalam kompetisi karya tulis (Pekan Ilmiah Remaja Nasional) saat masih remaja. Hal ini memupuk mimpinya untuk berkiprah di dunia akademik kelak.

Perjalanan akademik beliau dimulai dari menuntut ilmu di program studi Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (HI UGM). Setelah lulus S1, Umar aktif berkiprah di dunia penelitian dengan bergabung di salah satu pusat riset HI UGM (Institute of International Studies sebagai asisten peneliti dan ASEAN Studies Centre sebagai peneliti). Pengalaman ini semakin memotivasi beliau untuk terus mempelajari topik ASEAN Studies and Indonesia’s Foreign Policy.

Sadar bahwa passion nya ada di dunia akademik, Umar memutuskan untuk melanjutkan studi di jenjang yang lebih tinggi yaitu studi magister. Pada tahun 2016, beliau berhasil menyelesaikan kuliah S2 nya dengan beasiswa LPDP di program studi Politics with Research Method, The University of Sheffield, Inggris. Dari sini, Umar mendapatkan banyak ilmu yang sangat bermanfaat dalam mempersiapkan diri untuk nantinya terjun di dunia kerja sebagai seorang akademisi. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, beliau terus menekuni bidang ASEAN studies dan bekerja di ASEAN Studies Centre UGM sebagai peneliti dan sekretaris eksekutif.

Umar memilih ASEAN studies dan Indonesia’s foreign policy sebagai keahlian karena kajian ini sudah lama ditekuni oleh beliau dan sampai saat ini para ahli di bidang ASEAN masih tergolong sedikit. Jadi, ini merupakan kesempatan bagi beliau untuk memperkenalkan Indonesia ke dunia dalam bidang keahliannya.

Beberapa tahun kemudian, Umar menempuh studi PhD di The University of Queensland (UQ), Australia dan berhasil lulus pada tahun 2022 dengan beasiswa Research Training Program dari UQ. Selama menjalani pendidikan S3, ia aktif sebagai tutor (asisten dosen) sejak tahun 2019 di UQ dan mengajar di Griffith University, Australia selama 1,5 tahun.

Setelah menyelesaikan studi doktoral, Umar mendapatkan tawaran kerja untuk menjadi dosen sessional di UQ selama satu semester. Sebelum menempuh studi Doktoral, Ia sempat mendaftarkan diri untuk menempati posisi lowongan dosen di salah satu universitas di Indonesia. Sayangnya, aplikasinya tidak diterima karena perihal nilai IPK sarjana yang belum memenuhi standar. Tidak putus asa, Umar terus mencari kesempatan-kesempatan lain yang sesuai dengan fokus ketertarikannya.

Perjalanan Umar Membangun Karir Akademik
Foto 1: Mengikuti aksi solidaritas dengan National Tertiary Education Union (NTEU) di Brisbane bersama kolega dosen dan staf akademik di UQ, Februari 2023 (Dokumentasi Pribadi)

Menjadi Dosen Sessional di Australia

Saat ini Umar sedang aktif mengajar dan menjadi tutor di tiga mata kuliah di UQ: Conflict and Non-Violent Change, Humanitarianism in World Politics, dan Democratic Politics. Menurut beliau, beberapa tantangan yang dialami sebagai seorang dosen sessional adalah untuk menyeimbangkan antara mengajar dan melakukan penelitian serta mempersiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan selanjutnya sebelum masa kontrak habis.

Dalam hal mengajar, Umar bukan hanya diwajibkan untuk memberikan kuliah ceramah (lecture) di kelas, namun, beliau juga harus membimbing aktivitas workshop dan tutorial. Hal tersebut membutuhkan persiapan yang matang sehingga diperlukan waktu yang cukup untuk menata materi pembelajaran dan mendesain kurikulum mata kuliah. Tidak berhenti disitu, kesibukan lain yang di emban adalah mendukung pembelajaran mahasiswa sebaik mungkin, beberapa diantaranya dengan membalas pertanyaan-pertanyaan para mahasiswa melalui email dengan tepat waktu, membuat soal ujian, serta mengoreksi dan mengevaluasi hasil ujian mahasiwa.

Untuk pelaksanaan penelitian, diperlukan persiapan yang baik dalam membuat rancangan penelitian, penulisan proposal penelitian, pengambilan data di lapangan, analisis data, submit publikasi ilmiah, dan pencarian grant penelitian. Sedangkan di sisi lain, beliau juga perlu mempersiapkan aplikasi pekerjaan selanjutnya sebelum masa kontrak mengajar habis. Dengan demikian, kemampuan untuk memanajemen waktu agar semua tetap balance sangatlah esensial. Sistem bekerja sebagai seorang akademisi di Australia memiliki beberapa perbedaan dengan negara-negara lainnya. Di Australia, seorang dosen tetap diwajibkan untuk mengajar satu sampai dua mata kuliah dalam satu semester sehingga sisa waktu yang dimiliki dapat dialokasikan untuk penelitian. Selain itu, untuk kewajiban pengabdian masyarakat (community service), para dosen dapat melayani wawancara dengan media massa, menjadi konsultan di pemerintahan, menulis artikel di media massa, serta turut berkontribusi dalam mereview kebijakan-kebijakan institusi pemerintahan dan organisasi nasional maupun internasional.

Perjalanan Umar Membangun Karir Akademik
Foto 2: Salah satu hasil penelitian yang baru terbit, September 2022 (Dokumentasi Pribadi)

Tips untuk Para Pejuang Karir Akademisi

Perjalanan membangun karir di bidang akademik bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Berikut adalah beberapa tips dan pesan-pesan dari Umar untuk para pejuang karir akademisi:

  • Tekuni apa yang kita sukai, yang membuat senang dan nyaman dalam mengerjakannya. Apapun pilihannya tentu ada tantangannya, kalau kita senang dengan apa yang kita lakukan maka rintangan tersebut tidak akan terasa seperti beban
  • Kalau kita tekuni keahlian kita secara profesional, kesempatan untuk berkarir di bidang tersebut akan selalu ada
  • Bangun portfolio dan cari pengalaman yang relevan dengan interest kita sebanyak mungkin, dengan demikian, kesempatan-kesempatan berkarirpun akan semakin terbuka
  • Daftar sebanyak mungkin di berbagai opportunity, termasuk dalam mencari supervisor PhD dan pencarian beasiswa
  • Jangan bandingan diri sendiri dengan orang lain. Setiap orang memiliki jalan yang berbeda
  • Dalam menempuh pendidikan akan dijumpai banyak halangan dan rintangan, namun, hidup bukan hanya tentang thesis semata, usahakan untuk tetap balance. Jaga kesehatan mental dan tetap menikmati hidup
Perjalanan Umar Membangun Karir Akademik
Foto 3: Memaparkan hasil penelitian di National Library of Australia, Canberra, Februari 2020 (Dokumentasi Pribadi)

Di masa depan, Umar berharap untuk dapat melanjutkan karir akademisinya dan bekerja dengan masa kontrak yang lebih panjang atau sebagai tenaga pengajar permanen di sebuah institusi. Beliau juga berharap untuk dapat kembali ke Indonesia dengan membawa pengalaman-pengalaman yang telah di peroleh dari berbagai tempat lalu membantu mengembangkan bidang keahliannya di tanah air.

—————————————————————————————————————————————

Berikut biodata dari Dr. Ahmad Rizky M. Umar:

Umar is currently a Lecturer and Course Coordinator at the School of Political Science and International Studies, University of Queensland, Australia. He obtained PhD in Political Science and International Studies from the University of Queensland (2022), MSc in Politics with Research Methods from the University of Sheffield (2016), and BA in International Relations from Universitas Gadjah Mada (2013). Previously, he was a researcher at ASEAN Studies Center, Universitas Gadjah Mada, Indonesia, where he also became Executive Secretary between 2016-2017. His research interest spans around the politics of Asian regionalism, Indonesia’s foreign policy, and Historical International Relations. He is currently teaching an undergraduate course on ‘Conflict and Non-Violent Change’ at the University of Queensland. He has tutored for several courses at the University of Queensland, Griffith University, and Universitas Gadjah Mada. He also delivered guest lectures at the University of Queensland, University of Sydney, Lodz University, and Indonesian Armed Forces Academy.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here