Rome Is Home : Menemukan Rumah di Roma

0
858
Berfoto di KBRI Roma dalam acara Waktu Indonesia Berkumpul PPI Roma

Setelah lulus sarjana dari Universitas Brawijaya, Kiki berhasil mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di Roma, Italia. Roma adalah negara yang tidak banyak menjadi tujuan belajar pelajar Indonesia, sehingga ia merasakan ketakutan jika tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan di sana. Akan tetapi, Kiki justru menemukan rumah barunya di Roma. 

 Simak pengalaman Kiki menemukan rumah di Roma. 

Ada Banyak Jalan menuju Roma

Jika pepatah mengatakan ada banyak jalan menuju Roma, saya membuktikan bahwa memang banyak jalan menuju Roma. Kita bisa lewat Doha, Taipei, Abu Dhabi dan sebagainya. Jujur saya sendiri pun tidak pernah terpikirkan akan melanjutkan pendidikan saya di sebuah kota besar yang pernah menjadi peradaban dunia ini. 

Roma adalah salah satu Kota terpadat di Eropa  serta sebagai Ibu Kota dari Negara Republik Italia. Roma menjadi salah satu destinasi wisata terkenal di Italia karena adanya banyak situs Romawi kuno yang layak untuk dipelajari serta dikunjungi. 

Selain itu,  Roma juga menjadi tempat kota Vatican, pusat agama Katolik berada, sehingga membuat mayoritas masyarakat di Roma menganut agama Katolik,
Lalu bagaimana kehidupan saya sebagai seorang muslimah yang memakai hijab hidup di kota ini?

Banyak sekali pertanyaan dari teman, keluarga dan lainya mengenai apakah saya mengalami culture-shock. Jawaban saya adalah sama sekali tidak. 

Saya sungguh tidak merasakan adanya perbedaan kehidupan saya sebelumnya di Kota Malang dengan Kota Roma ini. Namun hanya beberapa budaya atau kebiasaan baru saja yang saya perlu belajar seperti saat rutinitas pagi hari. Biasanya kalau pagi di Indonesia saya sarapan pecel, tapi kalau di Roma sarapannya makan cornetto (sejenis croissant versi Italian)  dan minum cappuccino.

Rome Is Home : Menemukan Rumah di Roma
Sarapan pagi dengan Cornetto dan Cappucino. (Source: personal documentation)

Kuliah di Italia: Mempelajari Budaya Unik 

Pertama kali saya datang di Oktober tahun 2022 saya tentunya saya cukup risau, karena saya takut tidak bisa survive namun faktanya saya dibuat takjub dengan masyarakat Roma. Dengan mudahnya mereka saling menyapa meskipun tidak saling mengenal seperti “Ciao!” “Buongiorno” “Buenasera” dan kagetnya mereka pun juga menyapa saya yang jelas sekali muka saya sangat bermuka Indonesia ini.  Tidak ada perbedaan antara kami, namun jika kita telaah lebih lanjut Roma sebagai destinasi bagi para turis mancanegara tentunya mudah bagi rakyatnya untuk lebih open-minded. Mereka sangat menghargai kita para pendatang untuk mendatangi negaranya dan belajar lebih dalam mengenai budaya mereka. 

Orang-orang Italia memang sangat bangga terhadap budaya dari negara jadi jangan sampai kita menaruh nanas diatas pizza atau kita memesan Americano di cafe-café di Italia karna mereka akan sangat tidak menyukainya. Hal-hal tersebut merupakan contoh-contoh budaya yang sangat unik tidak hanya untuk saya namun buat semua warga asing yang berkunjung di negara ini.  Tidak terkecuali tentang makanan. 

Bercerita mengenai makanan, makanan Italia merupakan makanan Eropa yang paling dikenal di seluruh dunia. Siapa yang tidak tahu pizza atau pasta? Mungkin kalian juga sudah pernah memakan makanan khas Italia tersebut. Jika kalian menyukai makanan tersebut, maka tinggal di sini adalah surga bagi kalian. Harga makanan dan bahan makanan sangatlah murah jika dibandingkan dengan kota-kota di Eropa lainya. Kita bisa membeli pasta hanya 6€, 1€ untuk 1 slice pizza, 1€ untuk 1 gelas espresso. Tenang, untuk kita yang suka masakan oriental seperti Chinese, Korean dan Japanese foods harganya hanya berkisar 3-7€ atau sekitar 50 ribu rupiah sampai dengan 100 ribu rupiah.

Rome Is Home : Menemukan Rumah di Roma
Makan bersama PPI Roma dan Padova di Chinese Restaurant Source: personal documentation

Etos Kerja Pelajar Italia: Disiplin 

Kemudian sikap para pelajar Italia yang cukup membuat saya heran. Mereka sangatlah rajin.  Bisa dikatakan pelajar Italy 11-12 seperti pelajar Korea mereka cukup concern terhadap nilai sehingga mereka rela untuk menghabiskan waktu mereka untuk belajar dan hal ini cukup berbeda dengan gaya belajar di beberapa negara Eropa lainya. Namun, hal ini menjadi hal positif bagi saya yang sebelumnya pemalas menjadi terpaksa lebih giat lagi belajar karena untuk mengejar ketertinggalan saya. Saya belajar di universitas terbaik di Italia dan salah satu kampus yang tertua di dunia bahkan kampus tersebut ada sebelum negara Italia terbentuk. Saya mengikuti kelas dengan pengantar bahasa Inggris sehingga teman dikelas saya sangat bervariasi tidak hanya pelajar local italia namun juga seluruh penjuru negeri ada. Lalu kapan kita gunakan bahasa Italia jika kita di kelas menggunakan bahasa Inggris ? 

Roma: Kota yang Ramah untuk Semua Orang 

Sampai detik saya menulis tulisan ini,  saya masih sedang belajar bahasa Italia untuk kehidupan saya sehari hari, walaupun  kadang saya masih lupa. Herannya ketika saya berbicara dengan penduduk Italia,  misalnya ketika bertransaksi, mereka yang menjadi berusaha menggunakan bahasa inggris agar bisa berbicara dengan saya. Saya sungguh mengapresiasi mereka!

Terdapat hal yang mungkin bagi saya sangat menarik adalah ketika saya beberapa kali mendengar ibu-ibu berkata “che bella” yang artinya “betapa cantiknya” sambil tersenyum serta menanyakan skincare apa yang saya gunakan. Jelas  tidak ada diskriminasi atau rasisme disini meskipun secara budaya dan kepercayaan kami berbeda. Sehingga saya sarankan untuk siapapun yang ingin mendatangi Roma, jangan malu untuk menyapa warga lokal. Mereka adalah definisi ramah yang sesungguhnya.  “Rome is home” tidak ada alasan bagi saya untuk tidak jatuh cinta dengan Roma. Banyak keuntungan yang saya dapatkan tinggal disini. Sebagai contoh, setiap hari Minggu di Roma,  terdapat program free masuk museum. Tentunya, ini hal yang menyenangkan untuk teman-teman yang menyukai hal-hal berbau Sejarah. 

Rome Is Home : Menemukan Rumah di Roma
Jalan-jalan gratis ke Museum Vatikan hari Minggu. Source: personal documentation

Banyak juga kegiatan yang bisa kita lakukan bersama dengan kawan-kawan seperjuangan dari Indonesia. Perhimpunan  pelajar Indonesia di Roma juga sangat aktif untuk mengadakan acara bersama sehingga rasa kekeluargaan antar pelajar Indonesia  juga tetap ada. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Roma aktif memberikan ruang untuk para pelajar Indonesia jika ingin melaksanakan acara acara sehingga rasa aman di negara orang sangat terasa bagi kami. 

Rome Is Home : Menemukan Rumah di Roma
Berkumpul dengan teman-teman PPI Roma. Source: personal documentation

Bagi saya, belajar di Roma  bukan hanya tentang mimpi namun tentang bagaimana kita menghadapi segala kesulitan dan ketakutan di depan mata. Saya hadir disini berkat beasiswa dari Regional Lazio dan saya akan selalu mengatakan beribu terimakasih terhadap Lazio telah memberikan dukungan bagi saya. Percaya terhadap diri sendiri adalah kuncinya, jangan takut menjadi berbeda karena perbedaan itu indah. 

Editor: Dwiki Setiawan


BAGIKAN
Berita sebelumya3 Tips Mahir Belajar Bahasa Asing
Berita berikutnyaPerjalanan Umar Membangun Karir Akademik
A Master Degree student from Sapienza University of Rome majoring Economics and Communication for Management and Innovation 2022. She graduated in 2021 as Bachelor of Economics from Brawijaya University. She is enthusiastic young leader who always try to inspire others and she also interested to the social issues that guided her to be a volunteer in Centre of Disability Student in Brawijaya University.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here