“Kamu kuliah di Harvard jalur biasa atau jalur beasiswa?”
“Dapat beasiswa dari mana, kok bisa kuliah di Harvard?”
Itu adalah beberapa contoh pertanyaan pertama yang sering orang sampaikan ke saya begitu mereka tahu saya pernah kuliah di Harvard. Semua pertanyaan sah-sah saja, tapi yang saya heran, kenapa pertanyaan-pertanyaan pertama selalu tentang beasiswa? Bukannya kalau kagum atau heran saya kuliah di Harvard harusnya yang ditanyakan adalah bagaimana caranya bisa diterima? Toh kalaupun sesorang dapat beasiswa belum tentu dia bisa diterima di Harvard. Di sebagian besar sekolah yang baik, seleksi penerimaan mahasiswa terpisah dengan seleksi untuk beasiswa. Tidak ada hubungannya kemampuan membayar sesorang dengan diterima atau tidaknya di sekolah.
Lebih umum lagi, saya juga melihat perhatian yang membabi buta pada beasiswa. Ada banyak mailing list beasiswa, website beasiswa, Twitter beasiswa dan sejenisnya, tapi sedikit sekali tempat berdiskusi tentang kualitas sekolah dan bagaimana cara diterima di sekolah yang baik.
Saya mengerti sekolah di luar negeri itu mahal sekali. Kalau kita membandingkan pendapatan per kapita orang Indonesia dengan biaya kuliah di luar negeri, sepertinya kuliah di luar negeri itu tidak mungkin dibiayai sendiri. Jadi harus dapat beasiswa. Maka wajarlah muncul pertanyaan-pertanyaan seperti tadi. Yang ingin saya luruskan melalui tulisan ini adalah kesalahan menaruh perhatian membabi buta terhadap beasiswa sehingga melupakan hal lain yang lebih penting. Saya juga ingin menjelaskan bahwa membiayai kuliah di luar negeri itu mungkin sekali, dan ada banyak caranya.
Berikut adalah dua prinsip yang harus selalu dipegang.
1. Fokuslah untuk bisa diterima di sekolah yang baik, bukan mendapatkan beasiswa.
Prinsip utama dalam merencanakan sekolah di luar negeri adalah fokuslah untuk bisa diterima di sekolah yang baik, bukan mendapatkan beasiswa. Saya ulangi lagi: FOKUSLAH UNTUK BISA DITERIMA DI SEKOLAH YANG BAIK, BUKAN MENDAPATKAN BEASISWA. Saya ulangi sekali lagi: FOKUSLAH UNTUK BISA DITERIMA DI SEKOLAH YANG BAIK, BUKAN MENDAPATKAN BEASISWA.
Saya sering tercengang bagaimana banyak sekali orang bisa lupa bahwa dalam proses persiapan sekolah di luar negeri, tujuan utama seharusnya adalah dapat bersekolah di sekolah yang sebaik mungkin. Beasiswa hanyalah salah satu alat yang memungkinkan kita sekolah.
Saya umpamakan orang yang merencanakan sekolah ke luar negeri dengan seorang pria yang mencari istri. Saya umpamakan juga proses mendapatkan beasiswa dengan proses membeli mobil untuk menarik perhatian si calon istri. Fokus utama si pria seharusnya adalah memilih wanita yang akan dijadikan istri dan mengusahakan agar lamarannya diterima wanita tersebut, BUKAN membeli mobil agar dapat menarik perhatian wanita. Membeli mobil hanyalah suatu alat untuk menarik perhatian wanita, dan itu bukan satu-satunya alat. Memiliki mobil pun bukan jaminan lamaran si pria diterima wanita tersebut.
Fokus untuk mendapatkan beasiswa bisa berbahaya, karena:
a. Fokus pada beasiswa bisa membuat pelamar mengkompromikan kualitas pendidikan.
Ambil contoh seseorang yang berencana mengambil MBA di Amerika Serikat. Si pelamar ini fokus untuk mendapatkan beasiswa. Riset yang dia lakukan adalah mencari tahu beasiswa apa yang tersedia untuk program MBA di Amerika. Dari Google dia mendapat informasi seperti ini:
Singkat kata si pelamar ini akhirnya berkuliah di Executive MBA Program Walden University. Padahal, universitas ini termasuk abal-abal. Padahal (lagi), program-program MBA terbaik di Amerika juga memberikan beasiswa, cuma dia tidak tahu saja, karena dia terlalu fokus mencari beasiswa, bukan mencari tahu program-program mana saja yang terbaik baru kemudian mencari tahu cara membiayai kuliah di sana.
Contoh lain, beberapa beasiswa membatasi sekolah yang boleh dilamar, sesuai dengan anggaran beasiswa. Di Amerika Serikat misalnya, banyak sekali universitas swasta yang sangat baik (misalnya universitas-universitas Ivy League) yang biaya kuliahnya lebih mahal daripada universitas negeri. Betapa sedihnya saat seorang penerima beasiswa terpaksa memilih sekolah yang lebih buruk kualitasnya karena himbauan atau bahkan larangan si pemberi beasiswa.
b. Periode aplikasi sebagian beasiswa tidak cocok dengan periode aplikasi sekolah.
Ambil contoh seseorang yang berencana mengambil master di bidang ekonomi di Inggris di tahun 2013. Si pelamar ini fokus untuk mendapatkan beasiswa dulu baru melamar ke sekolah. Beasiswa yang paling umum untuk orang Indonesia adalah Chevening. Aplikasi Chevening untuk tahun 2013 dibuka dari Oktober sampai Desember 2012. Penerima beasiswa diumumkan pada bulan Maret 2013.
Sementara itu, sebagian besar universitas di Inggris memberlakukan sistem rolling admission, artinya aplikasi yang masuk akan langsung diproses dan hasilnya diumumkan segera. Tidak ada batas waktu aplikasi; aplikasi diterima dan diproses sampai seluruh kursi terisi. Semakin lama, kursi yang terisi semakin banyak. Untuk kuliah tahun 2013, kebanyakan universitas mulai menerima aplikasi bulan September 2012. Pada bulan Januari 2013, sebagian besar kursi di sekolah-sekolah terbaik (seperti Oxford, Cambridge, dan London School of Economics) sudah terisi. Jika si pelamar menunggu sampai Chevening mengumumkan hasil beasiswa, baru melamar sekolah, katakanlah paling cepat di bulan April 2013, hampir dapat dipastikan dia tidak akan diterima di sekolah-sekolah terbaik. Bukan karena aplikasinya tidak berkualitas, tapi karena semua kursi sudah terisi. Dia terlambat memasukkan aplikasi.
Katakanlah si pelamar juga tidak bermaksud melamar ke sekolah-sekolah terbaik. Pertama, Chevening mensyaratkan pengalaman kerja minimal dua tahun setelah lulus S1, sedangkan universitas sendiri tidak mensyaratkan hal ini. Kedua, seandainya si pelamar tidak mendapat beasiswa Chevening dan dia tidak jadi melamar ke sekolah karena itu, dia harus membuang waktu minimal satu tahun lagi sampai periode aplikasi beasiswa selanjutnya. Tidak ada jaminan juga tahun depannya dia akan mendapat beasiswa Chevening. Sampai berapa tahun dia harus menunggu sampai bisa mewujudkan mimpinya sekolah di Inggris? Padahal, kalau saja dia langsung melamar ke beberapa sekolah di Inggris (tanpa menunggu dia dapat beasiswa Chevening atau tidak) kemungkinan besar dia diterima sekolah (karena dia melamar ke beberapa sekolah).
c. Beasiswa mensyaratkan ketentuan yang mungkin tidak sejalan dengan ketentuan sekolah dan minat pelamar.
Lembaga pemberi beasiswa selalu punya misi, misalnya ingin memberdayakan kelompok masyarakat tertentu. Maka wajar jika mereka lebih memprioritaskan, atau bahkan memberi kuota khusus, untuk kelompok tertentu, misalnya wanita, pegawai negeri, orang yang berasal dari Indonesia Timur, atau korban tsunami. Mereka juga memprioritaskan atau hanya memberikan beasiswa untuk bidang tertentu, misalnya studi gender, studi hak azazi manusia, pertanian, atau tata kelola sumber daya air. Tentu itu haknya si pemberi beasiswa mensyaratkan macam-macam.
Tapi bagaimana kalau profil si pelamar dan minatnya tidak cocok dengan ketentuan beasiswa? Ambil contoh seorang pria pegawai bank swasta, asal Jakarta, yang ingin mengambil MBA. Akan sulit baginya mencari beasiswa yang cocok. Apakah dia harus mengubah bidang studi pilihannya demi memperbesar kemungkinan mendapat beasiswa? Atau dia harus menunggu sampai ada beasiswa yang mensyaratkan profil yang cocok?
2. Ada banyak sekali cara untuk membiayai sekolah, bukan hanya beasiswa.
Jadi kalau tidak dengan beasiswa, bagaimana caranya membiayai kuliah di luar negeri? Pertama, saya tidak pernah mengatakan ‘jangan cari beasiswa’. Beasiswa tetap merupakan salah satu sumber pembiayaan kuliah di luar negeri; yang saya katakan adalah fokuslah untuk dapat diterima di sekolah yang baik, dan usahakanlah berbagai sumber pembiayaan, termasuk dengan melamar secara strategis ke beberapa beasiswa.
Mari kita rinci berbagai alternatif pembiayaan untuk kuliah di luar negeri.
1. Beasiswa dari sekolah
Ambil contoh seorang yang ingin kuliah di Columbia University Graduate School of Journalism, Amerika Serikat, salah satu sekolah jurnalistik terbaik di dunia. Saya sama sekali tidak familiar dengan sekolah ini, tapi mampir sebentar saja di website sekolah ini, saya temukan daftar sekitar 100 jenis beasiswa yang ditawarkan sekolah sendiri untuk mahasiswanya.
Beasiswa ini biasanya dikelola langsung oleh sekolah, proses aplikasinya bersamaan dengan proses aplikasi sekolah, dan proses seleksinya dilakukan sendiri oleh sekolah (terpisah dari seleksi penerimaan mahasiswa). Kemungkinan besar, dari 100 beasiswa ini ada beberapa yang cocok dengan profil si pelamar. Yang paling penting adalah si pelamar harus diterima dulu di sekolah tersebut, sehingga dia bisa eligible untuk berbagai beasiswa tersebut.
2. Beasiswa dari luar sekolah
a. Beasiswa dari badan eksternal
Melanjutkan contoh kita, misalkan si pelamar mencari beasiswa lain yang disediakan pihak luar sekolah yang bisa dilamar calon mahasiswa jurnalistik dari Indonesia. Sebentar saja riset di internet, dia menemukan banyak beasiswa yang bisa dia lamar, seperti beasiswa Fulbright, Ford Foundation, USAID, Foreign Press Association, International Center for Journalists, dan lain-lain.
b. Beasiswa dari tempat kerja
Si pelamar pun bisa bernegosiasi ke tempatnya bekerja apakah mungkin ia disponsori untuk kuliah di luar negeri, baik berupa pembayaran uang kuliah, pembayaran seluruh atau sebagian gajinya saat dia sekolah, dan lain-lain.
3. Kerja paruh waktu
Kalau si pelamar diterima sekolah, saat dia mulai sekolah pun banyak cara membiayai kuliahnya, termasuk dengan bekerja paruh waktu. Dia bisa bekerja di sekolahnya sendiri misalnya sebagai teaching fellow, teaching assistant, researcher, assistant librarian, dan support assistant, Dia juga bisa bekerja di luar kampus misalnya sebagai penulis, penerjemah, tutor, researcher, bahkan profesi-profesi blue collar seperti pelayan, penjaga toko, pencuci piring.
4. Tabungan
Tentu saja si pelamar bisa membiayai sebagian biaya kuliahnya menggunakan tabungan pribadinya atau keluarganya.
5. Pinjaman (student loan)
Pelamar pun bisa mengambil pinjaman (student loan) yang periode cicilannya biasanya baru dimulai saat si peminjam sudah lulus dan bekerja, dan baru diharapkan lunas 10-20 tahun kemudian. Tidak semua orang yang kuliah di luar negeri tanpa beasiswa itu kaya raya. Mahasiswa asal Cina, India, dan Amerika Serikat sendiri berani mengambil pinjaman karena mereka tahu penghasilan mereka setelah lulus akan bisa meningkat signifikan. Anehnya, banyak calon mahasiswa Indonesia yang hanya berani menunggu beasiswa, entah sampai kapan, untuk mau kuliah. Padahal, orang-orang yang sama ini berani mengambil pinjaman untuk membeli harta seperti rumah atau mobil yang tidak akan meningkatkan potensi pendapatan mereka.
6. Donatur individu
Si pelamar pun bisa mendekati donatur individu yang potensial, misalnya alumni asal Indonesia dari sekolah yang ia tuju. Ia pun bisa melakukan kampanye pengumpulan sumbangan dari masyarakat luas. Saya sudah beberapa kali menyaksikan orang-orang yang mengumpulkan sumbangan agar bisa kuliah. Mereka sukses membiayai sekolahnya, dan setiap semester mereka memberikan laporan dan ucapan terima kasih bagi para donatur. Masih sangat sedikit orang Indonesia yang diterima di universitas-universitas terbaik dunia; jadi kalau anda sampai diterima, yakinlah, orang-orang akan bangga dan senang membantu anda.
Jadi, ada banyak, banyak sekali cara untuk membiayai kuliah di luar negeri, tinggal tergantung usaha kita. Merefleksikan pengalaman pribadi, pada bulan Maret tahun 2010, saya berada di situasi di mana Saya diterima di enam universitas: Harvard, Columbia, Cornell, Chicago, New York University, dan London School of Economics, tapi belum mendapat satupun beasiswa. Sampai saat itu saya sudah melamar ke paling tidak 11 beasiswa: enam beasiswa internal Harvard Kennedy School, ditambah beasiwa eksternal seperti Fulbright (dua kali), Sampoerna Foundation (dua kali), Joint Japan-World Bank, dan lain-lain, Saya sudah lupa apa lagi. Saya tidak mendapat satu pun beasiswa ini. Selain itu, Saya pun sudah mendekati berbagai yayasan, walaupun Saya tahu mereka tidak menawarkan beasiswa. Akhirnya Saya mendapat beasiswa dari Rajawali Foundation. Saya tidak melamar ke beasiswa ini; Saya bahkan tidak tahu bahwa beasiswa ini ada. Harvard langsung mengalokasikan beasiswa ini begitu Saya diterima. Beruntung? Mungkin saja, tapi Saya lebih melihatnya sebagai hasil yang sesuai dengan usaha dan strategi yang optimal. Kalau Saya tidak meneruskan melamar sekolah saat ditolak beasiswa, mungkin sampai sekarang Saya belum sekolah.
Mencari sumber pembiayaan sekolah memang repot: menyita energi, waktu, dan pikiran. Tapi seperti yang dijelaskan di atas, caranya banyak. Apakah kita bisa mengatakan dengan jujur bahwa usaha kita untuk bisa kuliah di luar negeri sudah optimal? Anda harus luar biasa sial kalau tidak mendapat hasil sama sekali walau sudah mengusahakan semua cara yang dijelaskan di atas. Kalau masalahnya adalah ‘malas’, Saya tidak ada komentar : )
Image credit: Microsoft.
Inspiratif banget kak dan emang bener kita harus fokus ke kualitas universitasnya dulu
Tulisannya bagus sekali bang…
Bang, nanya…sebagai anak luar jawa yang sudah “mengglobal” gimana tips dan trik abang kemaren waktu persiapan TOEFL IBT…bagaimana strategi abang biar bisa ngedapatin score toelf bagus buat daftar universitas tujuan sama bisa lancar ngomong inggris? secara abang tau lah, buat anak2 yang pengen maju di luar kepulauan Jawa susah sekali bisa dapat sarana buat pengembangan skill basic itu…mau setengah mati tapi gag ada fasilitas yang baik buat itu…sebelumnya terima kasih ya bang sudah di baca syukur2 di replay.. 🙂
Halo Rphy, kalau boleh ikut bantu jawab ya 🙂 Jangan sedih, sekarang sudah ada situs untuk belajar TOEFL gratis, diantaranya situs kami yang menyediakan berbagai modul materi TOEFL gratis. Kamu juga bisa berlatih untuk TOEFL iBT dengan mengikuti tes prediksi / simulasi / try-out TOEFL: http://proftoefl.com/mau-tes-prediksi-tryout-tes-toefl-online-gratis/
Luar biasa, terima kasih Kak Donny. Begitu memperkaya wawasan dan telah merubah cara pandang saya.
saya salah satu orang yang berpikiran untuk mencari beasiswa ke luar negeri.. memaksa untuk berubah jurusan dari yang diingini, padahal saat S1 sudah tahu jurusan IT bukan passion saya, hanya jurusan yang bisa saya selesaikan.. tapi s2 tetap memilih mengambil beasiswa di universitas yang menawarkan beasiswa full plus biaya hidup di korea dan IT, padahal awalnya ingin melanjutkan kuliah MBA. menyesal? tentu.. tapi jika saya tidak mengambil beasiswa ini mungkin sampai sekarang saya masih belum melanjutkan s2 dan tidak mengalami beberapa bagian kehiduapn yang sedang saya jalani di sini.
tapi jika bisa memilih, i will choose to apply for better university with my passion..
saya salah satu dari banyak orang orang yang berpikiran untuk mencari beasiswa ke luar negeri.. hal ini memaksa saya untuk berubah jurusan dari jurusan yang diingini,
padahal saat S1 sudah tahu jurusan IT bukan passion saya, hanya jurusan yang bisa saya selesaikan.. tapi s2 tetap memilih mengambil beasiswa di universitas yang menawarkan beasiswa full plus biaya hidup di negara yang bahasanya tidak saya mengerti sama sekali dan kembali lagi jurusan IT, padahal awalnya ingin melanjutkan kuliah MBA.
menyesal? tentu.. tapi jika saya tidak mengambil beasiswa ini mungkin sampai sekarang saya masih belum melanjutkan s2 dan tidak mengalami beberapa bagian kehidupan yang sedang saya jalani di sini.
it was not totally a mistake, tapi jika bisa memilih, saya akan memilih melamar ke jurusan yang memang menjadi passion saya dan di kampus yang lebih baik.
Ini nasibnya sama dengan saya!
Saya kuliah di jurusan dan universitas yang tidak saya minati di luar negeri, Master Teknik Elektro spesialisasi robotic control, karena mudah mendapat beasiswa dan sejalan dengan S1 saya.
Padahal sebenarnya saya inginnya belajar MBA atau Finance/Investment.
Kalau saja saya pakai strategi seperti mas Doni mungkin nasib saya bisa lain.
Tapi Alhamdulillah Allah kasih jalan, dengan Master Teknik Elektro dan belajar bisnis dan keuangan secara otodidak bisa juga saya ke karir yang saya idamkan walaupun dengan jalan yang berkelok-kelok.
halo mas masterstudent dan mas endy, perkenalkn sya efri yanti dr fisika ugm 2012. mas saya punya dilema yang sama spt yg di alami mas-mas ini. saya ingin mengambil s2 MBA karena saya punya passion yg tinggi di bidang ekonomi ketimbang fisika. namun karena keterbatasan beasiswa dan syarat penerimaan apa yg harus saya pertimbangkan? mohon sarannya mas-mas. trimakasih
Sebagai salah seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri, saya memiliki pendapat yg serupa dengan mas Donny. Kebanyakan hanya ingin mengetahui bagaimana mendapatkan beasiswa diluar negeri, namun apakah beasiswa yang ada atau yang mereka dapatkan sesuai dengan jurusan yang mereka inginkan? terutama, kebanyakan hanya mecari tittle “berkuliah di luar negeri” tanpa berpikir banyak apakah universitas tersebut bagus atau tidak. Apakah jurusannya sesuai dengan “passion” mereka. Maka dari itu, lebih baik mencari universitas yang baik berdasarkan kualitasnya, dan bisa memenuhi apa yang kita inginkan, and finally, you can try to find a scholarship that will covered your study fee. Jadi, cari universitasnya dulu, dan baru beasiswa-nya.
Cheers,
Master student at Erasmus University 😉
Student loan cuma bisa untuk green card or WNU (warganegara US) sedang kerja diluar kampus harus punya ijin kerja
Mbak Wiwiek, student loan di Amerika tidak hanya ditujukan untuk pemegang green card atau citizens, international student pun bisa mendapat student loan. Kadang-kadang diperlukan penjamin, tapi tidak semua. Saya pernah ditawari pre-approved loan khusus untuk international student, tidak perlu penjamin.
Mas Donni, Mas Panji saya Fazri. Saya sangat tertarik untuk mengambil master di US. Bagaimana cara mendapatkan student loan untuk international student? ( terutama tdk menggunakan penjamin),
Apakah bisa digunakan sebelum kita membayar Tuition fees? Thanks mohon bantuannya
Halo Wiwiek, seperti sudah dijawab Mas Panji, international student juga bisa menerima student loan. Dan kalau diterima di Harvard MBA atau Medical school, biasanya Harvard sudah mengalokasikan cara membiaai, terdiri dari scholarship, loan, part time work, etc.
ma”f mr donny mau naxa,,
gmna klw udah dtrima di universitasx..
apakah beasiswaxa bsa kita cari belakangan atw sambilan cari beasiswa dngan daftar…
dan mana yang lbih penting dulu..??
kak dony, saya masih kelas 2 itu saja SMK dan jurusan yang saya ambil ga sesuai keinginan.
Nah kalo saya ingin meneruskan sekolah ke Hardvard Medical School apakah bisa? (APA SALAHNYA BERMIMPI DAN MEWUJUTKANNYA)
Selain itu apa persyaratan masuk hardvard apakah bisa masuk Hardvard dari anak SMK seperti saya. Tolong kak dony kasih info yang jelas, apakah untuk masuk harvard harus ada pengalaman kerja dulu, sekolah minimal S1, atau dari SMK/SMA bisa langsung daftar??
Kerja paruh waktu? Dan pajaknya?
Lantas belajarnya gimana setelah letih bekerja?
Hi Bonjorney,
Setengah dari waktu saya berkuliah S2 saya habiskan sambil bekerja paruh waktu di restoran fast food. Kebetulan di Inggris tempat saya sekolah dulu, penghasilan saya itu tidak dikenakan pajak, saya kurang tahu kalau di negara lain.
I know I can’t speak for everyone, tetapi bekerja paruh waktu malah membuat saya lebih pintar mengatur waktu dan helped me push myself to the limit. Pada akhirnya saya bisa membiayai setengah dari biaya hidup saya disana, tetapi masih menjaga kualitas akademis sesuai standar pribadi saya sendiri 🙂
ma”f kak mau numpang naxa nie,,apakah kakak pas kliah di luar negeri dngan biaya sndiri atw dngan cara lain,,truss bagaimana cara kita bsa ngatur waktu atw fokus dngan mata kliah kita
Hi Bonjorney,
Memang kenapa dengan pajak? Wajar bukan kalau kita bekerja membayar pajak?
Letih bekerja juga konsekuensi bukan? Kalau bekerja di bidang yang relevan, misalnya sebagai teaching assistant, waktu bekerja berarti juga sekalian belajar, seperti pengalaman Saya.
kalau begitu mana yang harus dilakukan terlebih dahulu, mengajukan aplikasi ke universitas atau langsung mengajukan beasiswa atau semuanya dilakukan bersamaan? terima kasih
Halo Donny. Tulisan kamu informatif, jelas, dan mudah diikuti. Tapi entah kenapa saya mencium aroma arogansi ketika membaca tulisan kamu.
Pertama, kamu sebaiknya menulis definisi / apa yang kamu maksud dengan “sekolah yang baik” dan “sekolah abal-abal”. Peringkat universitas di US News? Penggunaan kata abal-abal saja menurut saya condescending sekali. Dari pengalaman saya, justru dosen di universitas “abal-abal,” meminjam istilah kamu, punya lebih banyak waktu untuk membimbing mahasiswanya dibanding dosen2 di universitas yang “baik.”
Kedua, kamu harus sadar bahwa tidak semua orang seberuntung kamu. “Beruntung?” kamu akan bilang, “sori ya I worked hard to get here.” Donny, gimana kalo Tuhan gak kasih kamu kesehatan, atau kamu lahir dari pasangan pemulung di kolong jembatan layang di Jakarta? Aku pikir kamu gak akan bisa sekolah di Harvard. So, show a little bit of humility lah. Kalo ada yang tanya “dapat beasiswa dari mana, kok bisa kuliah di Harvard?” Gak usah kesel, jawab aja dengan rendah hati prosesnya. Kadang orang lebih terkesan dengan sikap kamu ketika menjawab daripada isi jawaban itu sendiri.
Terakhir, aku harap kamu bisa menggunakan hasil pendidikan dari “sekolah yang baik” ini untuk hajat hidup orang banyak. Kalau tidak menurut saya sia-sia kita sekolah di universitas dengan peringkat terbaik menurut versi US News.
Hi Dhea, terma kasih atas komentarnya. Tentang Walden, Saya tetap berpendapat universitas ini abal-abal. Tidak ada kampus, hanya online, sering bermasalah. Bisa dicek di sini:
http://www.guidetoonlineschools.com/online-reviews/walden-university
Tentunya Saya menyayangkan kalau anak Indonesia masuk ke sini padahal mereka bisa kuliah di tempat yang lebih baik. Kedua, tentunya Saya menyadari bahwa Saya beruntung bisa kuliah di Harvard. Saya lahir dari pasangan PNS d Bengkulu, tinggal di sana sampai tamat SMA. Karena itulah Saya menulis banyak artikel sudah membantu proses aplikasi puluhan anak Indonesia yg mau kuliah di luar, secara gratis. Dan sekarang Saya kembali ke Indonesia dan bekerja untuk pemerintah Indonesia. Kamu sendiri, apa yang sudah kamu kerjakan?
Bagus deh Don kalo kamu sudah banyak berguna. Saya tau kamu pasti akan cepat balas, karena komentar saya sudah pasti menyentil ego kamu 😉
jangan peduliin orang2 kayak gini Mas Donny,, bisanya cuma mencela, orang2 kayak Dhea ini biasanya gak berbuat apa2,, bisanya cuma mencaci dan mengkritik,, Shame on you Dhea.. hehe,, saya gak melihat sedikitpun tulisan negatif yg ditulis Mas Donny,, saya malah terinspirasi,, tulisannya bagus Mas Donny! lanjutkan!
Betul Angga setuju. Saya juga sebagai pemburu beasiswa dengan membaca tulisan-tulisan seperti yang ditulis oleh Mas Doni ini banyak mendapat pencerahan dan inspirasi tak terduga, mengembangkan ide untuk mencari alternatif sekolah ke luar negeri selain beasiswa. Lalu bgmn kelanjutan studen loan itu di Indonesia kira2 lembaga apa yg bisa kita apply Mas Donny? Thank you.
Bagi saya, rasanya kok komentar-komentar atas komentar Dhea ini yang cenderung mencela ya?
Saya sepakat dengan poin Dhea maupun poin Donny dalam artikel ini, saya rasa substansinya tidak bertentangan, hanya saja berbeda perspektif.
Donny berpesan untuk tidak “asal kuliah di luar negeri”; sementara Dhea mengingatkan agar berhati-hati melakukan judgment.
Lalu poin kedua, Donny mengatakan bahwa keberuntungan adalah milik mereka yang telah berusaha optimal; sementara Dhea mengingatkan bahwa bukan usaha keras kita semata yang membuat kita berhasil, melainkan ada pemberian, anugerah, kemudahan, dan sebagainya yang perlu kita sadari dan syukuri, sehingga kita bisa tetap rendah hati.
Tidak bertentangan, hanya upaya saling mengingatkan saya rasa.
Saya sependapat dengan saudara Fahmi.
Saya pun menilai tulisan kak Donny dan respon kak Dhea merupakan pengalaman pribadi masing2, sehingga wajar saja bila berbeda. Namun, saya harap masing2 dari kita dapat mengutarakannya dengan kepala dingin karena tiap2 yg dialami seseorang tentulah berbeda. Menurut saya keduanya tidak salah. Hanya cara penyampaiannya saja yg dirasa kurang nyaman bagi pembaca.
Terima kasih.
wah, Anda dari bengkulu juga?? bagi pengalamannya dong?? pleaseee
Maaf ya Dhea,sepertinya saya sudah banyak menemui orang seperti anda.
Komentar anda menggambarkan sifat iri.
Maaf, 😛
Halo Donny,
Tulisan ini mengena sekali. Saya pernah diterima di perguruan tinggi negeri Jepang tetapi batal sekolah karena tidak mendapat approval beasiswa dari Lembaga yang mereka rekomendasikan. Tahun ini saya berkesempatan lagi untuk mendapat beasiswa dari sebuah perguruan tinggi lagi di Jepang, yang beasiswanya hanya mencover tuition fee. Sedangkan living cost dsb ditnggung sendiri. Dari tulisan ini saya berfikir untuk mengambil student loan yang mungkin bisa membantu membiayai living cost saya disana. Oh ya saya dapat informasi kalau sebenarnya setelah sekolah di sana akan ada banyak lagi beasiswa untuk menunjang biaya hidup yang bisa diapply, Jadi student loan yang saya butuhkan mungkin hanya untuk mengcover biaya hidup paling lama 1 tahun saja karena saya yakin saya bisa dapat beasiswa tambahan yang digunakan untuk biaya hidup seperti yang teman2 saya alami di Jepang . Tapi di Indonesia susah sekali ya cari lembaga yang menyediakan student loan. Saya sudah googling tapi belum menemukan. Apakah ada referensi tentang lembaga yang bisa menyediakan student loan untuk orang indonesia yang mau bersekolah di luar?
Terima kasih.
terimakasih atas informasi yang luar biasa ini…..salm kenal semuanya..
Hi Mas Donny,
Very nice article! saya setuju sekali dengan isi artikel tersebut, karena saya sedang menjalani proses ini juga. Dulu saya juga terpaku dengan konsep cari “beasiswa” sampai saya akhirnya sadar kalau sebenarnya saya ingin melanjutkan studi saya atau “sekolah” lagi di bidang keilmuan yang saya telah dalami sejak bangku kuliah S1 sampai di dunia kerja. Akhirnya saya putuskan untuk mulai cari sekolah dulu dan mencari funding “belakangan”. Alhamdulillah saat ini saya diterima di 3 universitas bagus di Inggris, di jurusan yang memang saya pilih. Efeknya juga beda, saya jadi lebih semangat untuk melanjutkan sekolah karena telah diterima di universitas impian!!! Tapi untuk fundingnya…um, kebetulan masih usaha cari-cari ni, hehe.. saat ini sedang proses di beberapa program beasiswa dan mungkin nantinya saya akan coba student loan jika option beasiswa belum berhasil. Saya berharap sekali bisa melanjutkan kuliah tahun ini (Amin..). 🙂
Tri
Tri
mau nanya,di inggris ngga apa ambil 3 universitas sekaligus ?
Well, ini udah ngubah pandangan saya karena saya masih SMA kelas 2. So, i must to prepare all about university. Kindly you can give me an email : zulfa.upa@gmail.com to reply my question or sharing with me because i always browsing and e-book reccomended maybe you can ask me or kita saling tukar ilmu. Semoga berkenan ya walau saya masih sma
Kak, kalau saya memfokuskan untuk mencari universitas yg terbaik sih iya tetapi ketika saya membuka web universitas tsb saya tidak menemukan satupun bantuan biaya dari universitas itu, lalu alternative lainnya apa? karena saya yakin dengan kerja paruh waktu di sana pun tidak dapat membantu saya menutupi biaya kuliah+hidup disana. terimakasih
Hi Nurul, terkadang ada universitas yang memang tidak mencantumkan beasiswa di depan tapi sebenarnya memiliki dana dari donatur yang biasanya di-offer ke mahasiswa when you get accepted. Also, selain specific scholarships dari universitas tersebut, kamu juga bisa mencari alternative such as beasiswa dari pemerintah Indonesia or dari negara di mana sekolah tersebut berdiri for example Fulbright yang offer beasiswa buat study di USA.
Apakah Universitas Peking di Beijing,China menawarkan beasiswa? Dimana saya bisa mencari informasi mengenai persyaratan untuk mendapat beasiswa disana? Bagaimana cara mengetahui jurusan yang saya ingini? Dan apakah setiap jurusan ditawarkan dalam program beasiswa tsb.? Mohon balasannya,terima kasih banyak.
[…] http://indonesiamengglobal.com/2013/03/bagaimana-cara-mendapat-beasiswa-untuk-kuliah-di-luar-negeri-… Share this:TwitterFacebookLike this:Like Loading… […]
Halo Bang Donny, mau tanya,, klo MBA2 Top Univ di US mensyaratkan harus bekerja dulu ya?
@Angga: Untuk sekolah MBA Top Univ di US harus mempunyai pengalaman kerja dulu. Rata2 orang memiliki pengalaman kerja 5 tahun, dengan range bawah 3 tahun (atau kadang 2 jg bisa kalau spesial).
mau.nanya.dong
kalo.oxfrod.university.nawarin.beasiswa.gk??
[…] Pada tahap ini, Saya tidak terlalu memusingkan masalah biaya. Karena dari pengalaman saya berdiskusi dengan teman-teman yang lain, yang penting kita KETERIMA dulu di sekolahnya. Biaya urusan belakangan. Jangan sampai gara-gara biaya kita jadi mengecilkan minat kita untuk bersekolah di sekolah yang baik. Kalau mau tahu kenapa? Teman saya Donny Eryastha (MPA/ID Harvard) sudah menuliskan dengan sangat baik sekali di sini. […]
Donny, tulisan ini semakin memantapkan perubahan pola pikir saya. Saya hampir mengorbankan passion saya, “hanya” untuk mengerjar beasiswa. Tentu banyak orang yang berpikir, yang penting mendapat beasiswa. Padahal esensinya adalah menimba ilmu sebanyak mungkn dan sebaik mungkin. Karena ketika kita mengambil sekolah ke luar negeri, bnyk hal yg juga harus dikorbankan seperti karir dan keluarga. Thanks for sharing.
Butuh masukan dunks…
saya seorang pengajar,ibu rumah tangga, lulusan S1 jurusan IT,pengen melanjut dan mencari beasiswa S2 ke luar negri… What i suppose to do…… mengenai jurusan dan rekomendasi collage yang bagus dan menyediakan beasiswa … Terimakasih.
Hallo semua… Menarik nih untuk dibahas untuk kemajuan anak bangsa, saya berikan sedikit info yaa..
Mengenai Beasiswa tidak terbuka untuk mereka dengan prestasi akademik gemilang saja, Ozoners. Banyak cara untuk meraih kesempatan beasiswa sesuai
dengan kualifikasi yang Anda miliki. Bagaimana caranya?
Pendidikan yang tinggi dipercaya dapat mengubah masa depan seseorang menjadi lebih baik. Hanya saja, mendapatkan akses pendidikan tinggi yang baik tidaklah murah. Selain biaya masuk, seorang mahasiswa baik itu
mahasiswa jenjang S1, S2 maupun Doktoral mau tidak mau mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membeli buku dan melakukan penelitian.
Beasiswa adalah salah satu solusi tepat untuk mengatasi masalah finansial para mahasiswa. Selain meringankan beban finansial, jika berhasil mendapatkan beasiswa tentu akan memberi nilai tambah bagi resume Anda. Siapa sajakah lembaga yang mau memberikan bantuan beasiswa?
Simak tips berikut ini sebelum Anda “hunting”!
“Beasiswa dari universitas”
Biasanya banyak universitas baik di dalam maupun luar negeri yang menyediakan beasiswa untuk mahasiswa baru. Jadi, sebelum mendaftarkan diri di universitas yang Anda tuju, ada baiknya untuk bertanya apakah
universitas tersebut memberikan beasiswa untuk mahasiswa baru.
Ada beberapa pertimbangan yang diajukan pihak universitas sebelum menerima Anda sebagai peserta beasiswa. Masing-masing universitas, fakultas dan jurusan biasanya memiliki syarat yang berbeda-beda. Ada
yang mengutamakan prestasi akademik dengan batas nilai minimum, ada juga yang pertimbangannya berdasarkan status ekonomi pelamar beasiswa.
Tapi ada juga universitas yang mempertimbangkan pemberian beasiswa
karena prestasi non-akademik seperti ekstrakulikuler yang Anda ikuti. Misalnya, secara akademik prestasi Anda tidak begitu baik, tapi Anda handal dalam cabang olahraga basket.
Setiap tahunnya, peraturan mengenai hibah beasiswa dari universitas biasanya berbeda-beda. Beberapa univeritas menawarkan beasiswa sejak awal kuliah, tapi beberapa menawarkan beasiswa hanya pada mahasiswa
tingkat tertentu. Namun tak jarang juga universitas yang menawarkan beasiswa penuh (full time) untuk program atau jurusan tertentu setiap tahunnya. Sebaiknya berkonsultasilah dengan academic advisor agar Anda mendapat keterangan yang lebih jelas mengenai syarat dan ketentuan beasiswa.
“Beasiswa dari pemerintah”
Jika pihak universitas tidak menyediakan program beasiswa, Anda bisa beralih pada program beasiswa yang dicanangkan oleh pemerintah, baik
dalam negeri maupun luar negeri. Biasanya beasiswa dari pemerintah lebih spesifik jenisnya, berdasarkan prestasi ataupun kebutuhan penerima beasiswa.
Banyak beasiswa dari pemerintah yang ditujukan untuk mereka yang tidak mampu, misalnya untuk mereka yang tinggal di daerah terpencil, perempuan, mahasiswa yang menderita cacat fisik, atau memang benar-benar
tidak mampu secara finansial.
Beasiswa untuk program master dan doktoral juga banyak diberikan oleh pemerintah. Hanya saja persaingannya sangat ketat. Namun begitu beasiswa ini patut dicoba, sebab dana yang diberikan seringkali mencakup
semua total biaya kuliah hingga Anda lulus. Konsultasi dengan academic advisor untuk mencari tahu apakah Anda memenuhi syarat untuk ikut serta dalam program beasiswa yang ditawarkan pemerintah.
“Beasiswa dari perusahaan swasta”
Jika Anda baru lulus sekolah menengah atas dan ingin mencari beasiswa untuk melanjutkan jenjang S1, tanyakan pada orang tua apakah perusahaan tempat mereka bekerja menawarkan program beasiswa untuk anak pegawainya.
Begitu juga dengan Anda yang sudah bekerja, tanyakan kepada HRD apakah ada kemungkinan untuk mendapatkan beasiswa untuk karyawan.
“Beasiswa dari yayasan”
Universitas dan perusahaan swasta bukanlah satu-satunya sumber beasiswa. Anda bisa juga mencoba beberapa charitable foundationdan beasiswa dari perorangan. Biasanya beasiswa ini tidak hanya berlaku
untuk tujuan belajar di dalam negeri, tapi juga luar negeri.
Seperti halnya beasiswa dari pemerintah, beasiswa yang diberikan oleh charitable foundation ditujukan untuk mereka yang kurang beruntung atau specific target. Terkadang beasiswa jenis ini hanya menawarkan
beasiswa program pendidikan tertentu untuk calon mahasiswa dari daerah yang belum dianggap maju. Tapi, beasiswa dari charitable foundation ini juga tidak menutup kemungkinan untuk mereka yang aktif berorganisasi atau aktif dalam melakukan kerja sosial.
Jangan ragu-ragu : segera daftar!
Seperti halnya sekolah, sertiap beasiswa juga memiliki gengsi tersendiri. Jangan ragu untuk mendaftar beasiswa yang peminatnya sedikit, atau hanya menawarkan biaya pendidikan yang tidak banyak. Untuk mengatasinya, daftarlah beberapa beasiswa sekaligus, agar dana
pendidikan yang terkumpul mencukupi seluruh biaya yang Anda butuhkan untuk melanjutkan studi.
Lakukan riset, baca syarat dan ketentuan beasiswa dengan jelas sebelum mulai mendaftar. Jangan berkecil hati sebelum mencoba, karena beasiswa tidak melulu ditujukan untuk mereka yang memiliki prestasi
akademis sempurna. Talenta dan bakat Anda pun bisa saja menjadi modal utama untuk meraih beasiswa impian. Selamat berburu beasiswa.
Semoga info ini dapat memberikan pengetahuan teman-teman semuanya.. 🙂
Follow : @Overseaszone
BB : 326D4D63
Whats up : Overseaszone
See Youu….
wah, agen pendidikan boleh juga nimbrung disini ya?
Terima kasih mas Donny dan semua yg telah memberi insight. Saya single mom, putra saya baru naik klas 2 sma. Dg sgala keterbatasan tentu pertama terfokus adalah beasiswa :). Jadi terima kasih u artikel ini. Tapi saya masih nol pengetahuan.
Tapi apa benar tentang kuliah di jerman dan perancis gratis. jadi lebih kecost of living?
Sebrapa besar chances mendapatkan beasiswa atau beasiswa stlh diterima di kampus ?
Putra saya bukan yg spektakuler, hanya kisaran 10 besar.
Bagaimana kesempatannya?
terima kasih
Hi tante, aku bantu jawab ya, bedasarkan pengalaman relasi aku yang kuliah di Jerman. dulu kuliah gratis di Jerman itu benar. Sekarang hampir tidak ada yg gratis tapi tetap murah, betul betul murah, terutama yg lokasi universitasnya di pinggiran kota. Tapi jgn khawatir karena katanya di Jerman, semua profesor yg berkualitas disebar ke seluruh penjuru kota, sampai yg ke pinggiran. Dan cost living di Jerman memang mahal (hampir setara dengan USA).
Maaf, aku gak tau kalo soal beasiswa, mungkin bisa di cek dulu universitas dan jurusannya lalu dicari beasiswanya 🙂 Best of luck buat anak tante!
makasih mas donny.. tulisan anda benar-benar mengubah pola pikir saya 🙂
sekarang saya naik ke kelas XII SMA
saya ingin tanya, cara mendaftar dan mendapatkan formulir pendaftaran dari universitas luar negeri bagaimana ya mas? lalu, apa di indonesia ada pihak khusus yg mendaftarkan ke luar negeri? mohon referensi dan penjelasannya mas.. trimakasih sebelumnya
selamat siang Mas Donny,
tulisan anda sangat inspiratif bagi saya.
Saya ingin bertanya, jika fokus untuk mendapatkan sekolah terlebih dahulu ketimbang beasiswa, lantas bagaimana caranya saya dapat mengajukan form pendaftaran ke universitas2 yang saya ingin ajukan?
informasi2 seperti “dibuka pendaftaran baru” tersebut dapat dilihat dimana?
terima kasih banyak mas 🙂
Kalau boleh saran , harusnya ada penjelasan mengenai cara buat pasport dan visa untuk negara , tapi makasih ya mas donny , ini akan kujadikan inspiratif
mau tanya,berarti tes dan berkas2 yang diajukan di kirim kesana,otomatis kita ke universitas tersebut ?makasi buat jawabanya
[…] (baca juga salah satu artikel dari Indonesia Mengglobal ini) […]
[…] Bagaimana Cara Mendapat Beasiswa Untuk Kuliah di Luar Negeri dan Harvard ? […]
bagaimana caranya bisa mendapatkan beasiswa?
Ka, misalnya baru mau daftar tuh ada bayarnya juga ga? Soalnya nih kan aku rencananya mau kuliah di oxford, trs nge biayain dgn cara kerja paruh waktu, tapi takutnya uang nya ga cukup, ngerti kan maksud aku?
maaf saya ini seorang siswi SMA yang ingin meneruskan sekolah saya tapi tidak ada biaya, lantas sekolah mana yang terbaik untuk saya dengan jalur beasiswa?
Baca artikel ini, inget ketika ketemu sama Mba Sonita Lontoh dan waktu itu saya cerita ingin sekolah S2 di US, tetapi Fullbright hanya tidak mengcover seluruh biaya sekolah yang saya mau. She said, “Kalo kamu dari negara berkembang, keterima di Ivy League, akan banyak beasiswa yang bisa kamu cari dan kamu dapatkan.”
inspiratif
ka donny, saya sekarang duduk di kelas 2 SMK jurusan Multimedia. saya sangat ingin melanjutkan kuliah di luar negeri. bagaimana caranya mendaftar ke universitas luar negeri? sebelum saya membaca artikel ini saya adalah pemburu beasiswa karena saya sangat ingin kuliah di luar negeri. tetapi stelah membaca artikel ini pandangan saya berubah. ternyata banyak alternatif yang bisa saya coba. saya ingin tahu bagaimana cara mendapatkan student loan juga ka soalnya saya masih sangat awam sekali tentang student loan ini? terima kasih ka donny. artikelnya sangat inspiratif sekali dan sangat memotivasi 🙂
halo mas Donny, halo semua salam kenal. saya jamil dari surabaya, setelah saya membaca postingan ini, saya sangat tertarik untuk bisa belajar di luar negeri dengan fokus agar bisa diterima dulu di perguruan tinggi tersebut, namun yang ingin saya tanyakan adalah ketika kita fokus untuk dapat diterima di perguruan tinggi, saya terus terang bingung dengan application fee yang harus dibayar apalagi untuk application fee yang dikeluarkan mas Donny untuk mendaftar di Harvard bisa dibilang mahal untuk orang Indonesia. saya mau tahu bagaimana cara mas Donny untuk mengatasi application fee yang mahal tersebut. Terima kasih
Lg frustasi ngejar beasiswa.. tb2 nemu artikel ini.. thanks bgt..
bagus sekali tulisannya mas. saat ini saya sedang di perancis dan ingin sekali melanjutkan studi saya. Saya jadi semangat karena saya sedang berusaha kuliah tanpa beasiswa.
saya telat baca artikel ini…tp syukur ketemu…
wlau isinya gamblang tpi bagus bgt, mengena kali & informatif.
bbrpa hari ini sya cumn fokus nyari beasiswa yg cover semua biaya. tapi sma sekali ga ada. klo pun ada itu ga cover biaya idup & sebaliknya. Pilihan universitas sya juga cuma yg average. Klo tahu gitu sekalian aja saya nekat ngintip ke Oxford sma Cambridge.
Saya jg bukn termasuk org pinter atau pny penghargaan, tp katanya itu ga akn jd penghalang buat kuliah di universitas bagus.
Saya setuju banget Mas Donny, makasih untuk pencerahannya ^^
thanks for your information….semangat buat semua yang punya mimpi study abroad…..dari pada sibuk komentar gak jelas…mending kita simak pointnya…and do it….semangat… Central Michigan University 😀 Kind regards for every body inhere….
Donny, selain pintar, kamu pasti anak orang kaya yah! Pantes bisa sekolah di Harvard!
“Saya diterima di enam universitas: Harvard, Columbia, Cornell, Chicago, New York University, dan London School of Economics”
Biaya formulir aplikasi keenam universitas yang kamu sebutkan itu masing-masing adalah 75$, 85$, 75$, 75$, 70$, 75 £. Semuanya non-refundable dan kalau dirupiahkan sudah berkisar 5-6 juta rupiah HANYA untuk biaya pendaftaran saja. Gak tau deh IELTS/TOEFL/GRE/GMAT nya berapa…10 juta habis kali yah untuk semuanya?
Ih, pantas kamu bisa masuk Harvard!
Kamu bisa mempersiapkan dirimu dengan sangat baik dibanding kami-kami yang harus ngos-ngosan bayar kursus IELTS. Ditolak sana sini untuk aplikasi kartu kredit. Gak perlu bingung buat bank draft. Gemetaran ketika memegang kurs dollar – takut lecek ga diterima orang sana.
Akhir kata, selamat kamu individu beruntung dalam lottery of birth!
Xx
yang penting bisa menciptakan sdm unggulan
http://wscaslioriginal.blogspot.com/
Harvard University i’m coming
Salam kenal sebelumnya, Walau baru baca, terimakasih banyak sama Pak Donny, sangat memberi pencerahan. Persis bangatt yangg saya alami sekarang, mencoba memburu beasiswa walau baru tahap mencari info-info hampir setiap hari. Tapi adakah masukan gimana jika bhs inggris kita masih pas-pasan ato sangatlah kurang. Bagaimana caranya jika mencoba alternatif yang Pak Donny sarankan di atas? Makasih sebelumnya 🙂
kebetulan lagi cari-cari info beasiswa kuliah keponakan saya , trims sharingnya, salam kenal
http://jasakonsultanpajak.org
[…] File Name : Tentang beasiswa: bagaimana cara membiayai kuliah di luar Source : indonesiamengglobal.com Download : Tentang beasiswa: bagaimana cara membiayai kuliah di luar […]
Good info… ini kita ada informasi lhoo
Haii Kak 🙂
Aku mau nanya dong,berkas apa saja yang diperlukan untuk daftar ke harvard
Apa saja yg diperlukan untuk membuat aplikasi yang baik
Ijazah,dll jg hrs di translate ke english kah?
Makasih:)
[…] it is a guide on how to prepare for IELTS, advice on how to get scholarships, an inspiring personal story of a dream come true, non-academic benefits of studying abroad or our […]
nulis di kompas juga yah?? sama sih isinya.. http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/16/18515047/Jangan.Khawatir.Banyak.Jalan.Menuju.Harvard
Makasih kak infonya,sekarang aku sudah tau dan sudah mengubah pikiran saya tentang prioritas utama saya mendapatkan beasiswa,sekrang yang harus saya pikirkan bagaimana saya bisa di terima di university of oxford
Halo kak Donny, saya mau bertanya. Tes masuk apa saja yang diperlukan untuk pendaftaran ke HKS? Dan jurusan apa yang harus diambil sebelumnya?