Mempunyai kesempatan untuk belajar atau tinggal di luar negeri mungkin merupakan impian dari semua orang, termasuk saya sendiri. Membayangkan bahwa saya bisa tinggal sendiri secara mandiri, berpetualang, mendapatkan kesempatan untuk menjelajahi lingkungan baru dan bertemu orang-orang baru membuat saya gembira. Bisa dibilang saya termasuk segelintir orang yang beruntung karena impian untuk belajar di negera orang tersebut telah terwujudkan. Saya sekarang sedang mengenyam pendidikan S1 saya di Malaysia. Kenapa memilih melanjutkan pendidikan di Malaysia? Apakah belajar di Malaysia menggunakan bahasa melayu? Ini merupakan pertanyaan-pertanyaan standar yang ditanyakan hampir semua orang kepada saya ketika saya memberitahu mereka bahwa saya sekolah di Malaysia.
Nah, apa sebenarnya alasan saya melanjutkan pendidikan di Malaysia? Memang dibandingkan negara-negara lain seperti Amerika, Inggris, Australia, Jerman, dan sebagainya, kedengarannya Malaysia bukan target negara idaman bagi para pelajar asing. Nyatanya, pelajar asing di Malaysia terus meningkat hingga mencapai 110,000 pelajar menjelang akhir tahun ini (The Malaysian Insider, 2015). Alasan utama saya memilih sekolah di Malaysia adalah biaya hidup yang tidak terlalu mahal dibandingkan dengan negara lain. Satu bulan saya hanya menghabiskan sekitar RM1000-1500, termasuk biaya sewa kamar, makan, hiburan, dan lain-lain. Jika kalian berpikir di Malaysia kita hanya akan menggunakan bahasa melayu, itu salah besar. Malaysia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dan ras. Tiga ras utama yang berada di Malaysia ialah: Melayu, Chinese, dan Indian. Terbayangkah betapa beragam dan menariknya budaya yang ada di Malaysia? Bahasa nasional Malaysia sendiri merupakan bahasa Melayu, namun untuk komunikasi sehari-hari hampir setiap saat kita menggunakan bahasa Inggris terutama di lingkungan kampus.
Saya berasal dari kota kecil di Indonesia. Kampung halaman saya berada di Sungailiat, Bangka Belitung. Di sanalah saya menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja saya. Pertama kali saya menginjakkan kaki di Malaysia, yaitu pada bulan Januari tahun 2013. Saat itu, saya akan melanjutkan pendidikan foundation di Taylor’s College Subang Jaya, Malaysia, dengan mengambil jurusan Canadian Pre-University Programme (CPU) selama 2 semester (1 tahun). CPU merupakan sistem pendidikan Ontario yang setara dengan grade 12. Setiap semester kita harus mengambil 3 mata pelajaran grade 12. Jadi, total pelajaran yang harus diambil untuk lulus minimal ialah 6 pelajaran. Selain itu, untuk lulus kita juga harus mengikuti ujian Ontario Literacy Test dari Kanada dan harus melakukan minimal 10 jam volunteer works. Uniknya di CPU, kita bisa memilih mata pelajaran yang kita suka. Jujur, pertama kali saya menjadi pelajar di Taylor’s College, saya merasa sangat amat gugup. Pasalnya, saya bukan dari latar belakang pelajar yang bersekolah di sekolah internasional. Bahkan di kampung halaman saya, tidak ada yang namanya International School. Saya juga tidak mempunyai satu orang keluarga pun di Malaysia, sehingga membuat saya merasa sangat homesick pada saat itu. Saya juga khawatir kalau saya tidak dapat mengikuti pelajaran karena kesulitan dalam bahasa karena 80% total guru saya waktu itu orang Kanada.
Minggu pertama di Taylor’s College, saya harus mengikuti English Placement Test (EPT) terlebih dahulu untuk menguji seberapa jauh kemampuan bahasa inggris saya. Alhasil, saya harus mengambil 1 mata pelajaran bahasa inggris grade 11 untuk memperbaiki bahasa inggris saya. Untuk sekedar informasi kepada teman-teman, cara assessment untuk CPU ini adalah 70% dari courseworks dan 30% dari ujian. Bulan-bulan pertama saya lewati terasa lumayan berat. Pelajaran yang saya pelajari di CPU dengan SMA sangatlah berbeda. Seringkali terlintas di pikiran saya untuk menyerah. Namun, lama-kelamaan dengan usaha yang tidak pernah pupus dan bantuan teman-teman dan guru-guru di sana, saya akhirnya dapat lulus dari CPU bulan Desember tahun 2013 dengan nilai serta pengalaman yang baik. Dari situ saya belajar, terlepas dari latar belakang apapun kita berasal, asal kita ada kemauan dan tidak malu bertanya, kita pasti bisa berhasil. Ini memang pesan yang kedengaran klise, akan tetapi saya selalu percaya bahwa Tuhan itu sangat menghargai usaha kita.
Selesai mengenyam pendidikan foundation, tentu saja saya ingin melanjutkan S1 saya. Setelah melakukan banyak pertimbangan, akhirnya saya memilih untuk melanjutkan S1 di The University of Nottingham Malaysia Campus (UNMC). Saat ini, saya sedang kuliah semester 3, dengan jurusan BA (Hons) Finance, Accounting, and Management. UNMC sendiri memiliki 2 kampus. Kampus pertama berlokasi di Kuala Lumpur. Kampus kedua berlokasi di kota Semenyih, Selangor. Semua program S1 dilaksanakan di kampus Semenyih, sedangkan beberapa program S2 dilaksanakan di kampus Kuala Lumpur.
Apakah kampus di Malaysia merupakah cabang kampus dari Inggris? Jawabannya: Ya betul, University of Nottingham memiliki 3 kampus yaitu di Inggris, China, dan Malaysia. Sistem pendidikan di kampus di luar Inggris mengikuti sistem pendidikan Inggris. Menurut QS World University Rankings, University of Nottingham berada di peringkat 70 di seluruh dunia untuk tahun 2015 ini (UNMC, 2015). Peringkat ini dinilai bukan sekedar untuk kampus UK, tapi juga mencakup kampus China dan Malaysia. Baru bulan September 2015, UNMC merayakan ulang tahun yang ke-15 di Malaysia.
Ada beberapa hal yang saya pertimbangkan ketika memilih kuliah di UNMC:
-
Pendidikan berkelas namun dengan biaya yang lebih terjangkau. Contohnya untuk jurusan yang saya ambil, satu tahun biaya kuliah di kampus UK adalah £13,470 untuk murid internasional. Sedangkan, satu tahun biaya Mempunyai kesempatan untuk belajar atau tinggal di luar negeri mungkin merupakan impian dari semua orang, termasuk saya sendiri. Membayangkan bahwa saya bisa tinggal sendiri secara mandiri, berpetualang, mendapatkan kesempatan untuk menjelajahi lingkungan baru dan bertemu orang-orang baru membuat saya gembira. Bisa dibilang saya termasuk segelintir orang yang beruntung karena impian untuk belajar di negera orang tersebut telah terwujudkan. Saya sekarang sedang mengenyam pendidikan S1 saya di Malaysia. Kenapa memilih melanjutkan pendidikan di Malaysia? Apakah belajar di Malaysia menggunakan bahasa melayu? Ini merupakan pertanyaan-pertanyaan standar yang ditanyakan hampir semua orang kepada saya ketika saya memberitahu mereka bahwa saya sekolah di Malaysia.
-
Nah, apa sebenarnya alasan saya melanjutkan pendidikan di Malaysia? Memang dibandingkan negara-negara lain seperti Amerika, Inggris, Australia, Jerman, dan sebagainya, kedengarannya Malaysia bukan target negara idaman bagi para pelajar asing. Nyatanya, pelajar asing di Malaysia terus meningkat hingga mencapai 110,000 pelajar menjelang akhir tahun ini (The Malaysian Insider, 2015). Alasan utama saya memilih sekolah di Malaysia adalah biaya hidup yang tidak terlalu mahal dibandingkan dengan negara lain. Satu bulan saya hanya menghabiskan sekitar RM1000-1500, termasuk biaya sewa kamar, makan, hiburan, dan lain-lain. Jika kalian berpikir di Malaysia kita hanya akan menggunakan bahasa melayu, itu salah besar. Malaysia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dan ras. Tiga ras utama yang berada di Malaysia ialah: Melayu, Chinese, dan Indian. Terbayangkah betapa beragam dan menariknya budaya yang ada di Malaysia? Bahasa nasional Malaysia sendiri merupakan bahasa Melayu, namun untuk komunikasi sehari-hari hampir setiap saat kita menggunakan bahasa Inggris terutama di lingkungan kampus.
-
Saya berasal dari kota kecil di Indonesia. Kampung halaman saya berada di Sungailiat, Bangka Belitung. Di sanalah saya menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja saya. Pertama kali saya menginjakkan kaki di Malaysia, yaitu pada bulan Januari tahun 2013. Saat itu, saya akan melanjutkan pendidikan foundation di Taylor’s College Subang Jaya, Malaysia, dengan mengambil jurusan Canadian Pre-University Programme (CPU) selama 2 semester (1 tahun). CPU merupakan sistem pendidikan Ontario yang setara dengan grade 12. Setiap semester kita harus mengambil 3 mata pelajaran grade 12. Jadi, total pelajaran yang harus diambil untuk lulus minimal ialah 6 pelajaran. Selain itu, untuk lulus kita juga harus mengikuti ujian Ontario Literacy Test dari Kanada dan harus melakukan minimal 10 jam volunteer works. Uniknya di CPU, kita bisa memilih mata pelajaran yang kita suka. Jujur, pertama kali saya menjadi pelajar di Taylor’s College, saya merasa sangat amat gugup. Pasalnya, saya bukan dari latar belakang pelajar yang bersekolah di sekolah internasional. Bahkan di kampung halaman saya, tidak ada yang namanya International School. Saya juga tidak mempunyai satu orang keluarga pun di Malaysia, sehingga membuat saya merasa sangat homesick pada saat itu. Saya juga khawatir kalau saya tidak dapat mengikuti pelajaran karena kesulitan dalam bahasa karena 80% total guru saya waktu itu orang Kanada.
-
Minggu pertama di Taylor’s College, saya harus mengikuti English Placement Test (EPT) terlebih dahulu untuk menguji seberapa jauh kemampuan bahasa inggris saya. Alhasil, saya harus mengambil 1 mata pelajaran bahasa inggris grade 11 untuk memperbaiki bahasa inggris saya. Untuk sekedar informasi kepada teman-teman, cara assessment untuk CPU ini adalah 70% dari courseworks dan 30% dari ujian. Bulan-bulan pertama saya lewati terasa lumayan kuliah di kampus Malaysia adalah RM39,090. Selain itu, biaya hidup di UK jauh lebih mahal dibanding di Malaysia. Kemudian apabila kita mengikuti program pertukaran pelajar selama 1 semester di kampus UK atau China, kita membayar uang kuliah sesuai dengan biaya yang ditetapkan oleh kampus Malaysia bukan kampus yang dituju (tercatat jika kita terdaftar sebagai mahasiswa full-time di Malaysia). Kalian juga bisa mengikuti program pertukaran pelajar ini selama 2 kali, contohnya: tahun kedua semester 1 ke kampus UK, tahun kedua semester 2 ke kampus China. Kemudian tahun ketiga kembali melanjutkan pendidikan di kampus Malaysia. Ini yang banyak teman-teman saya lakukan ketika mereka mengikuti program ini, mereka jadi bisa mengeksplor beragam macam budaya, bertemu dengan banyak orang baru, dan bahkan menjelajahi berbagai negara.
-
Sistem pendidikan UK yang hanya memerlukan 3 tahun untuk menyelesaikan gelar S1 dan Hons. Ini sangat berbeda dengan sistem pendidikan Indonesia dan US yang rata-rata membutuhkan 4 tahun untuk menyelesaikan S1. Begitu pula dengan sistem pendidikan Australia yang membutuhkan 3 tahun untuk S1 dan 1 tahun khusus untuk gelar Hons. Ini dikarenakan pada sistem pendidikan UK, pelajaran-pelajaran yang mahasiswa pelajari hanya akan fokus pada jurusan yang kita ambil. Otomatis kita bisa lebih cepat lulus 1 tahun dibandingkan teman-teman lain yang harus menempuh 4 tahun pendidikan.
-
Murid-murid yang berasal dari berbagai macam negara. Ada sekitar 30-40% murid internasional yang aktif menempuh pendidikan di UNMC. Saya mempunyai banyak teman dari negara-negara lain seperti Malaysia, Mauritius, Sri Lanka, China, Pakistan, Kazakhstan, Korea, India, Jepang, dan masih banyak yang lainnya saat kuliah sekarang. Ini melatih kemampuan komunikasi dan juga membuka jendela pikiran saya. Karena kerap kali bertemu dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang dan negara yang berbeda, hal ini membantu saya untuk meningkatkan kemampuan adaptasi dengan lingkungan dan orang baru.
Dari kisah pengalaman saya bersekolah di Malaysia ini, saya berharap dapat membantu dan memberikan informasi kepada teman-teman yang ingin melanjutkan kuliah di Malaysia. Jika ada pertanyaan yang ingin ditanyakan mengenai pengalaman belajar di Malaysia, saya akan sangat senang untuk membantu. Terima kasih telah membaca tulisan saya.
Photos are credited to Author’s private collection.
References:
The Malaysian Insider, (2015). Pelajar Asing di Malaysia Meningkat lebih 100% sejak 2007. [online] The Malaysian Insider. Available at: http://www.themalaysianinsider.com/bahasa/article/pelajar-asing-di-malaysia-meningkat-lebih-100-sejak-2007-kata-najib [Accessed 2 Nov. 2015].
UNMC, (2015). Nottingham Soars in Global University Rankings. [online] The University of Nottingham Malaysia Campus. Available at: http://www.nottingham.edu.my/NewsEvents/News/2015/Nottingham-soars-in-global-university-rankings.aspx [Accessed 2 Nov. 2015].
berbedakah dengan ilmu di indonesia
Halo Yuyuah. Terima kasih pertanyaannya. Tentu dari sistem pendidikan dan penyampaian materi ilmu agak berbeda dari Indonesia. 🙂
http://madericasamurat.blogspot.co.id/
http://www.jamkhoherbal.net/
Dulu sebelum daftar kuliah di malay apakah mengikuti ielts dulu ?
Halo, Gahan. Terima kasih pertanyaanya. Saya tidak perlu mengikuti tes IELTS untuk mendaftar kuliah karena saya mengambil pre-university di sekolah internasional di Malaysia. 🙂
haloo, maaf sebelumnya, saya mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, memiliki rencana untuk mengadakan field trip ke Universiti Malaya dan Universitas Sains Malaysia. apakah saya dapat menanyakan informasi informasi seputar hotel, transportasi dan beberapa tempat recomended? terimakasih.
ka boleh minta kontaknya? saya ingin tanya-tanya tentang kuliah dimalaysia. karena tulisannya mengispirasi saya hehe, terimakasih 🙂
Kak kenapa pindah dari Taylor’s ke Nottingham? Karena setau saya dua-dua nya sama” bagus. Apa ada alasan khusus kak? Soal nya saya juga rencana nya akan kuliah ke Malaysia diantara 2 kampus tersebut. Terima kasih :’)
kak disna sambil kerja atau kuliah aja kak
Mau tanya biaya sekolah menengah atas disana berapa ya per tahun? Untuk ukuran sekolah international?