Kuliah di luar negeri bukan berarti hanya untuk kuliah belaka. Kontributor Evelynd membuktikan bahwa kita bisa untuk menyeimbangan antara kehidupan akademik dan sosial secara proporsional saat studi di luar negeri. Berikut cerita Evelynd saat aktif dalam kegiatan Conference of Australian and Indonesian Youth (CAUSINDY).
***
- Hai Evelynd! Sebelumnya boleh diceritakan mengenai sosok Evelynd?
Sebagai seorang yang ekstrovert, saya menyerap banyak energi positif melalui berinteraksi dengan orang lain. Kecenderungan saya untuk selalu mengenal hal baru dan juga teman baru menjadi karakter yang melekat pada saya. Ketertarikan saya dengan dunia komunikasi dan media menjadi penunjang bagi saya untuk bersosialisasi dengan individu dari berbagai latar belakang. Saya juga bergabung dengan berbagai organisasi multikultural dan kelompok masyarakat sebagai salah satu cara untuk aktualisasi diri. “You know everybody, everywhere.” “You’re involved in a lot of things.” Kalimat tersebut sering kali terucap dari teman-teman saya saat menyadari luasnya networking circle yang saya punya. Bahkan lucunya, saya tak menyangka gelar “Terkemuka Seantero Jagad Raya” pun dianugerahkan oleh teman-teman LPDP Monash Community atas eksistensi saya.
- Lalu background pendidikan yang sudah ditempuh sebelumnya dan saat ini sedang bekerja dimana?
Saya telah menyelesaikan studi Master of Communication and Media Studies di Monash University, Australia. Sebelumnya saya meraih gelar sarjana Ilmu Komunikasi dari program studi Jurnalistik di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung. Saat ini, saya kembali ke almamater tercinta Fikom Unpad menjadi staf pengajar di Departemen Komunikasi Massa dan mengampu beberapa mata kuliah di program studi Media Televisi dan Film serta program studi Jurnalistik.
- Nah sekarang mengenai kegiatan CAUSINDY itu sebenarnya seperti apa? Dan apa saja sih persyaratan untuk mengikuti kegiatannya?
Conference of Australian and Indonesian Youth (CAUSINDY) adalah sebuah inisiatif dari AIYA untuk mewadahi diskusi dan forum kepemudaan antar dua negara Australia dan Indonesia. Konferensi bilateral pemuda Australia dan Indonesia yang berlangsung selama 7 tahun berturut-turut. Tahun 2019 ini CAUSINDY kembali diselenggarakan di Darwin, setelah sebelumnya diadakan di Makassar (2018), Melbourne (2017), Bali (2016), Darwin (2015), Jakarta (2014), dan Canberra (2013). Setiap tahunnya, CAUSINDY mengangkat beragam tema mulai dari education, socio-cultural, trade and economic, technology and innovation, maritime and tourism, serta youth action for bilateral relationship. CAUSINDY berfokus pada eksplorasi peluang baru untuk kerjasama dan kolaborasi antar Indonesia dan Australia.
CAUSINDY menjadi platform untuk dialog bagi pemimpin muda baik dari kalangan pelajar sampai profesional, pemerintahan sampai akademisi, lembaga swadaya masyarakat dan juga pengusaha sosial untuk menjadi delegasi dari Australia dan Indonesia. Biasanya akan dipilih sebanyak 30 orang delegasi setelah melewati proses seleksi berdasarkan keahlian kepemimpinan dan pengalaman nyata, serta minat dan kontribusi dalam mengembangkan hubungan Australia dan Indonesia untuk mengikuti konferensi tahunan yang diselenggarakan bergantian di kedua negara tersebut. Selain kesempatan menjadi peserta konferensi, CAUSINDY juga membuka peluang untuk bergabung dengan committee members sebagai volunteer yang terlibat dalam aspek perencanaan hingga pelaksanaan konferensi.
- Apa hal membuat Evelynd tertarik untuk menjadi bagian dari CAUSINDY?
Awalnya, saya terlibat sebagai volunteer divisi komunikasi untuk CAUSINDY di Melbourne tahun 2017. Saya mendapatkan kesempatan itu dari kolom Opportunity di AIYA Links (weekly newsletter Australia Indonesia Youth Association). Dengan berbekal keahlian dalam bidang media audio visual dan background sebagai Communications Officer di AIYA Victoria, saya diterima untuk bergabung dalam CAUSINDY Team dan bertanggungjawab dalam pendokumentasian setiap rangkaian kegiatan selama konferensi berlangsung. Menjadi bagian dari CAUSINDY adalah pengalaman yang luar biasa karena saya dapat berinteraksi langsung dengan para profesional dari berbagai latar belakang, jurnalis media internasional, dan juga banyak sosok inspiratif lainnya yang menjadi pembicara pada sesi panel CAUSINDY. Ternyata, menjadi volunteer tak kalah serunya dibanding menjadi peserta konferensi karena saya mendapatkan akses yang sama untuk networking.
- Bagaimana dengan kekurangan atau hambatan yang sempat dilalui dalam mempersiapkan kegiatan CAUSINDY?
Setelah CAUSINDY di Melbourne tahun 2017, saya ditawarkan kembali untuk ikut serta dalam kepanitiaan CAUSINDY di Makassar tahun 2018. Tantangan yang berbeda saya rasakan karena bergabung dalam divisi logistik, mengurusi venue, akomodasi, catering, mempersiapkan perlengkapan konferensi dan sebagainya. Saya belum punya pengalaman dalam hal tersebut dan juga belum pernah ke Makassar. Saat itu saya masih di Melbourne menyelesaikan semester terakhir saya studi magister. Jadi, saya dengan anggota tim lainnya berkoordinasi melalui conference call setiap senin malam selama kurang lebih 6 bulan menjelang CAUSINDY di Makassar. Meskipun hambatan jarak dan perbedaan waktu yang cukup signifikan, ditambah dengan kesibukan masing-masing anggota tim, kami tetap berusaha bekerjasama dalam proses perencanaan dan persiapan CAUSINDY.
- Apa saja pelajaran yang Evelynd terima selama menjadi bagian dari CAUSINDY?
Saya menyadari bahwa core value CAUSINDY tak hanya menciptakan hubungan bilateral yang lebih kuat, tetapi juga bertindak aktif pada pengembangan budaya Indonesia di Australia dan sebaliknya. Banyak unsur budaya yang saya pahami selama terlibat dalam CAUSINDY seperti budaya kerja dan profesionalitas, apresiasi terhadap waktu, usaha dan komitmen serta pemahaman atas perbedaan kultur orang Australia dan orang Indonesia dalam hal manajerial dan organisasi. Bahkan, hal sederhana seperti penggunaan bahasa Indonesia yang lebih aplikatif oleh teman-teman Australia menjadi pemicu semangat bagi saya untuk berkontribusi aktif dan beradaptasi dengan nilai-nilai positif dalam CAUSINDY.
- Setelah kembali ke Indonesia, apa saja perbedaan yang Evelynd dapatkan dengan aktif di kegiatan CAUSINDY dan berguna untuk menunjang karir kedepannya?
Sampai saat ini, saya sudah berpartisipasi dalam CAUSINDY selama 3 tahun. I truly believe the power of networking and hard-working. Berkat komunikasi yang terus terjalin dan keseriusan dalam melaksanakan tanggung jawab, saya mendapatkan banyak peluang melalui CAUSINDY. Bulan April lalu saya dipercayai menjadi Communications Officer untuk CAUSINDY 2019 di Darwin. Tak pernah saya bayangkan untuk dapat kembali lagi ke Australia setelah menamatkan studi saya dan back for good ke Indonesia pada bulan Juli 2018 lalu. CAUSINDY memberikan saya jalan untuk ke Darwin, negara bagian utara Australia yang belum sempat saya kunjungi sebelumnya dan menyaksikan langsung festival olahraga Arafura Games. Bahkan, saya juga berkesempatan kembali ke Melbourne untuk menghadiri Monash University Alumni panel dan reconnect dengan teman-teman AIYA Victoria. Selama CAUSINDY berlangsung, saya secara aktif melakukan pendekatan dengan orang-orang yang berkecimpung di dunia media dan komunikasi. “It’s a golden opportunity to hear their opinions and pick their brains.” Tentu saja besar harapan saya untuk dapat berkolaborasi dengan mereka dalam riset ataupun kerjasama di masa depan dalam menunjang karir saya sebagai akademisi (scholar).
- Terima kasih ya Evelynd atas ceritanya dan apakah ada saran – saran untuk pembaca Indonesia Mengglobal?
Selama menempuh studi magister di Melbourne, saya bersyukur bisa belajar memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan akademik dan sosial secara proporsional. Bagi saya, kesempatan untuk kuliah di luar negeri sangatlah langka dan harus saya manfaatkan sebaik mungkin. Oleh sebab itu, saya memaksimalkan waktu untuk mengikuti banyak kegiatan kepemudaan bersama Australia Indonesia Youth Association (AIYA) Victoria dan Persatuan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) Victoria. Saya juga ikut dalam kelompok tari tradisional Indonesia “Bhinneka Arts and Cultural Group” dan tim olahraga “Krakatoas Footy Club”. Keterlibatan saya dalam beragam aktivitas tersebut ternyata membuktikan bahwa makin luas network yang kita punya, makin banyak peluang yang terbuka. Hal yang lebih berharga, kesempatan untuk mendapat teman dari berbagai negara.
***
Sumber Foto: Evelynd