Melihat Hubungan Internasional dari Kacamata Rusia

0
1831
Moscow State Institute of International Relations (Sumber: Situs Resmi MGIMO)

Sejak konflik Rusia-Ukraina pecah pada Februari 2022 lalu, negara Rusia menjadi sorotan dalam berbagai pemberitaan media di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, liputan yang diberikan di sebagian besar media Indonesia diambil dari media internasional berbahasa Inggris yang hanya memberikan perspektif dari satu sisi, khususnya dari pihak negara Barat. Menurut Yohanna yang belajar langsung dari kampus di Rusia, terdapat beberapa perbedaan perspektif yang sesungguhnya dari sisi Rusia. Bagaimana cerita lebih lengkapnya?

Yuk simak kisah pengalaman Yohanna berkuliah di Moskow yang dapat mengamati langsung dan membandingkan perbedaan perspektif yang jarang diberitakan di media.

****

Di tengah konflik Rusia-Ukraina, keputusan untuk belajar di negara Rusia mengundang banyak pertanyaan dari rekan di sekitar. Di samping dari situasi yang kurang aman, akses transportasi dan biaya untuk hidup cukup sulit difasilitasi akibat sanksi unilateral yang diberikan oleh Amerika dan negara Eropa Barat lainnya. Namun, kesempatan untuk belajar secara gratis di Moscow State Institute of International Relations atau yang dikenal sebagai MGIMO tidak akan datang kembali. MGIMO merupakan perguruan tinggi prestisius yang banyak menghasilkan diplomat-diplomat ternama Rusia, seperti Menteri Luar Negeri Rusia saat ini, Sergey Lavrov, atau Duta Besar Rusia di Indonesia, Lyudmila Vorobieva. Meski tidak terkenal di Indonesia seperti Harvard atau Oxford University, namun perguruan tinggi ini dianggap sebagai acuan pemikiran hubungan internasional dari perspektif Rusia dan negara CIS lainnya. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk melanjutkan studi S2 di perguruan tinggi ini untuk mengetahui perspektif baru dalam melihat hubungan internasional yang selama ini didominasi oleh pemikiran dari para akademisi negara Barat.

Pembelajaran di MGIMO Membuka Perspektif Baru

Saya dapat katakan bahwa apa yang saya pelajari di MGIMO sesuai dengan ekspektasi saya sejak awal. Saya mendapatkan pengetahuan yang komprehensif terkait perspektif Rusia atas hubungan internasional langsung dari para pemikir dan pemerhati hubungan internasional Rusia. Salah satunya perspektif dari Prof. Tatyana Shakleina, seorang pemikir realis, yang menyampaikan bahwa setiap wilayah di dunia terbagi menjadi regional subsystem yang memiliki negara kuat (strong state) sebagai inti atau pusat kekuatan. Ia pun mengambil contoh bahwa Rusia merupakan pemimpin dalam Eurasia, Jerman untuk Eropa Barat, Cina untuk Asia Timur dan Tenggara, India untuk Asia Selatan, dan Amerika untuk Pan Amerika. Saya melihat tren bahwa para dosen tetap menyampaikan bahwa Rusia menjadi aktor penting dalam politik dunia dan menjadi salah satu kekuatan pada tatanan sistem dunia yang sedang mengarah dari unipolar ke multipolar. Di sisi lain, saya juga melihat adanya tendensi dari para dosen yang menyudutkan bahwa upaya yang dilakukan Pemerintah Amerika untuk ikut campur pada seluruh isu internasional di luar wilayahnya adalah untuk mempertahankan hegemoni kekuasaannya.

Meski hubungan internasional Rusia sangat kuat dengan perspektif realis, namun mereka juga mempertimbangkan sisi historis dalam pengamatan kebijakan luar negeri yang diambil oleh pemerintahnya. Sewaktu perkuliahan di kelas, saya pernah melakukan diskusi dan mengangkat konflik Rusia-Ukraina dan mempertanyakan posisi yang diambil oleh Rusia. Pada saat itu sang dosen menjelaskan cukup emosional bahwa apa yang terjadi merupakan hasil dari kesalahan kebijakan nasionalis Ukraina, serta melihat bahwa posisi Rusia saat ini sudah benar dan tidak perlu dipertanyakan kembali.

Belajar dari Pameran Sejarah Rusia yang Penuh Artistik

Di luar jam belajar, saya juga berkesempatan untuk menghadiri pameran sementara di tengah kota Moskow. Pameran berjudul “Ukraina na Perelomakh Epokh/Ukraina dalam Pergantian Zaman” diselenggarakan di Central Exhibition Hall Manege (berlokasi tepat di seberang Kremlin) di Moskow, Rusia, selama 21 hari periode tanggal 4-24 November 2022 oleh Yayasan Nirlaba Rusia “Moya Istoria”. Pameran dibuka gratis untuk seluruh masyarakat, termasuk orang asing. Pameran tersebut mengangkat isu terkait sejarah bangsa Rusia, pembentukan identitas bangsa Ukraina, keterlibatan warga Ukraina dalam Perang Dunia II, jasa warga Ukraina dalam sejarah Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet, perubahan kebijakan Pemerintah Ukraina dalam hubungan dengan Rusia, hingga konflik Rusia-Ukraina yang terjadi saat ini.

Melihat Hubungan Internasional dari Kacamata Rusia
Keadaan pameran dan antusiasme masyarakat Rusia pada Pameran “Ukraina na Perelomakh Epokh” (Sumber: arsip pribadi)

Hasil pengamatan saya dari pameran ini, hal ini adalah salah satu dari sekian upaya pemerintah Rusia untuk melakukan diseminasi informasi atas posisi Pemerintah Rusia dalam situasi di Ukraina saat ini. Sama seperti warga dunia lainnya, warga Rusia pun terkejut dengan adanya konflik dengan negara tetangga mereka. Tidak sedikit warganya yang meminta agar gencatan senjata dilakukan agar konflik mereda. Upaya pemerintah Rusia untuk menggunakan pameran dengan tampilan grafis menarik dan mesin interaktif disasarkan untuk masyarakat muda Rusia yang memiliki pendapat berbeda-beda atas situasi di Ukraina, khususnya terkait kebijakan mobilisasi ke wilayah konflik. Mempertimbangkan adanya apresiasi masyarakat Rusia terhadap sejarah mereka sangat tinggi, upaya pemerintah Rusia menggunakan isu sejarah dan melampirkan bukti sejarah dalam pembenaran tindakannya di Ukraina dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Rusia.

Di sisi lain, upaya ini juga dapat mengonfirmasi popularitas pandangan terkait situasi di Ukraina yang kami terima dari para dosen pengajar di MGIMO. Kami dijelaskan bahwa situasi di Ukraina dipandang terjadi akibat kesalahan kebijakan presiden Ukraina. Pertama, Leonid Kravchuk, dalam menjalankan ideologi One Nation – One Ukrainian dengan membuat grup etnis lainnya menghilangkan kebudayaan dan bahasanya, termasuk keturunan etnis Rusia di Ukraina. Upaya masyarakat di wilayah konflik untuk membebaskan diri dari tindakan represif pemerintah Ukraina dipandang lazim lewat asas self-determinancy pada piagam PBB. Lewat asas tersebut, pihak Rusia masuk untuk melindungi etnis Rusia yang meminta bantuan dan hal ini didukung oleh dokumen hukum seperti National Security Strategy dan Foreign Policy Concept milik pemerintah Rusia.

Melihat Hubungan Internasional dari Kacamata Rusia
Pengunjung usia muda melihat kolase “Alternatif Sejarah dalam Buku Sekolah Ukraina” pada Pameran “Ukraina na Perelomakh Epokh” (Sumber: arsip pribadi)

Siapapun Bisa Menempuh Pendidikan di Rusia dengan Beasiswa

Tulisan ini saya buat hanya untuk menunjukkan perspektif hubungan internasional dari pihak Rusia, khususnya terkait isu yang paling baru yang ramai dibicarakan saat ini. Belajar langsung di perguruan tinggi khusus hubungan internasional ternama di Rusia merupakan pengalaman yang menarik. Menerima perspektif dari dua sisi, Barat dan Rusia, membuat saya menjadi lebih kritis dalam mengamati satu isu internasional yang mana setiap pihak terlibat memiliki kepentingannya masing-masing.

Sebagaimana diketahui, saat ini Pemerintah Rusia setiap tahun membuka peluang beasiswa untuk belajar S1-S3 di Rusia. Namun perlu diketahui bahwa MGIMO tidak termasuk dalam daftar beasiswa Pemerintah Rusia. Tapi tidak perlu sedih, berita baiknya adalah sejak tahun ini pihak MGIMO bekerja sama dengan ASEAN Center di MGIMO membuka peluang bagi masyarakat ASEAN, khususnya Indonesia untuk dapat belajar secara gratis menggunakan beasiswa yang membiayai tuition fee dan biaya pesawat pulang pergi. Meski pendaftaran untuk tahun ajaran baru telah ditutup, namun teman-teman dapat mempersiapkan diri dan dokumen yang dibutuhkan sekiranya tertarik untuk belajar di MGIMO. Informasi lebih lanjut dapat dilihat lebih lanjut pada situs berikut: https://study-asean.mgimo.ru/. Selamat mencoba!

Melihat Hubungan Internasional dari Kacamata Rusia
Penulis dan Mahasiswa ASEAN lainnya bersama Rektor MGIMO (Sumber: Situs Resmi MGIMO)

Editor : Dwiki Setiawan


BAGIKAN
Berita sebelumyaFulbright Interview Tips from A Fulbright Alumna
Berita berikutnyaI am Ready to Go for Studying Abroad: A Departure Preparation
Yohanna merupakan mahasiswi S2 tahun pertama jurusan Hubungan Internasional di Moscow State Institute of Internasional Relations. Memiliki latar belakang pendidikan S1 Sastra Rusia di UI dan sempat melakukan pertukaran pelajar ke Belgorod, Rusia pada tahun 2016. Yohanna juga sempat bekerja di Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta setelah lulus S1 dan melanjutkan karir di institusi pemerintahan hingga saat ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here