Di Sumba, Kupenuhi Janji: Kisah Yolmita Deni menemukan makna hidup dengan mengajar di daerah

0
921
Yomita bersama pendiri yayasan beserta tim saat penyambutan siswa angkatan ke empat Makan Dulu training restaurant. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tahun ini kita merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke tujuh puluh delapan. Namun demikian, pemerataan pendidikan masih menjadi mimpi indah bagi anak anak yang jauh dari ibu kota. Tahun ini juga Indonesia mengglobal sudah memasuki tahun ke 11. IM terus berusaha merangkai kisah anak anak negeri untuk disebarluaskan hingga menginspirasi lebih banyak lagi anak anak di pelosok negeri. Dalam artikel ini, kami akan membagikan kisah Yolmita, alumni Adelaide University yang mengajar dan belajar dengan sebuah lembaga non pemerintah di daerah Sumba.

Perjalanan panjang menuju Adelaide University

Sebelum dinyatakan lulus program Beasiswa Master Luar Negeri LPDP, Yolmita menempuh jalan cukup berliku. Ia pernah mengikuti seleksi program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengajar di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia serta Indonesia dan Filipina di Mindanao. Namun setelah proses seleksi yang cukup panjang, Ia tidak lulus. Yolmita kemudian harus memutar otak untuk mencari cara lain untuk menuju S2. Keinginan yang sudah Ia pendam lama. Keterbatasan finansial membuat Yolmita tidak bisa mengikuti kursus untuk meningkatkan bahasa Inggrisnya. Padahal Ia lemah dalam bahasa Inggris sebab latar belakang pendidikannya adalah matematika.

Ia kemudian memilih untuk bekerja sebagai seorang guru matematika di sebuah lembaga pendidikan dengan standar Internasional. Disini, Yolmita bisa bekerja dan hidup mandiri, serta tetap belajar bahasa Inggris melalui interaksi bersama lingkungannya. Setelah tiga tahun mengajar, Yolmita mulai mantap untuk memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan LPDP. Tidak sia-sia, perjuangan Yolmita di bayar kontan, Ia langsung dinyatakan lulus untuk studi ke Luar Negeri pada tes yang pertama kali Ia ikuti. Yolmita memilih Adelaide University, seiring keinginannya untuk tinggal di kota yang tenang serta kesempatan menghemat untuk biaya hidup.

Bergabung dengan Sumba Hospitality Foundation

Di Sumba, Kupenuhi Janji: Kisah Yolmita Deni menemukan makna hidup dengan mengajar di daerah
Yolmita bersama sebagian siswa Makan Dulu Training Restaurant angkatan ke 3 untuk menyambut siswa angkatan ke 4. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Setelah kembali ke tanah air membawa gelar Master of Education, Yolmita sempat bekerja sebagai konsultan pendidikan di sebuah lembaga Internasional. Namun, tak lama kemudian Ia melihat adanya pengumuman tentang rekrutmen pengajar di Sumba Hospitality Foundation (SHF). Yolmita pun tertarik dan mengikuti proses aplikasi yang saat itu dilaksanakan secara online karena Yolmita berada di Yogyakarta.

Setelah melalui proses wawancara dan penyusunan dokumen rancangan pembelajaran serta analisa bahasa, Yolmita dinyatakan layak mengajar. Dengan demikian dimulailah perjalanan baru dalam hidupnya, untuk memenuhi janji mengabdi kepada ibu pertiwi.

Sekilas tentang Sumba Hospitality Foundation

Sumba Hospitality Foundation (SHF) merupakan sebuah non-profit organization yang berada di kabupaten Sumba Barat Daya, tepatnya di Jalan Mananga Aba, Desa Karuni, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. SHF didirikan oleh Ibu Inge De Lathauwer, seorang aktivis sosial dari Belgia. Beliau mendirikan sekolah hotel Internasional di Sumba setelah mendapatkan sebuah inspirasi dari pengalamannya di Afrika. Saat itu, setelah memberi bantuan dalam bentuk materi, sebuah klinik yang diharapkan dapat membantu persalinan ibu-ibu di daerah terpencil di Afrika, tidak dapat beroperasi karena keterbatasan tenaga ahlinya. Sejak itu, beliau menyadari bahwa bantuan uang bukan lah solusi (sumber: https://www.sumbahospitalityfoundation.org/ ).

Kemudian, ketika datang ke Sumba beliau terpukau dengan  bentang alam dan budaya Sumba. Ibu Inge jatuh cinta dengan tradisi masyarakat Sumba, namun, sangat sedih melihat kemiskinan di daerah itu. Akhirnya Ibu Inge menginisiasi sebuah sekolah perhotelan yang dapat membuka kesempatan kerja bagi anak-anak Sumba di bidang hospitality. Motto ibu Inge adalah untuk memutus mata rantai kemiskinan dengan memberi kesempatan bagi anak muda sumba. Lebih detail tentang SHF dapat dibaca di sini https://www.sumbahospitalityfoundation.org/.

Di Sumba, Kupenuhi Janji: Kisah Yolmita Deni menemukan makna hidup dengan mengajar di daerah
Siswa Makan Dulu Training Restaurant sedang menyiapan penampilan untuk acara wisuda mereka. Sumber : Dokumentasi pribadi

SHF menerima 60 peserta setiap tahunnya untuk diberi pendidikan sehingga siap bekerja. Peserta adalah lulusan SMA yang berasal dan berdomisili di Sumba dan berasal dari keluarga yang kurang mampu. Setelah menempuh pendidikan peserta akan di bantu untuk mengikuti internship selama enam bulan. Mereka disiapkan untuk mampu bekerja di bidang industry hospitality. Terdapat lima penjurusan di SHF yakni, front office, SPA, housekeeping, culinary serta food and beverages. Setelah lulus dan memperoleh pekerjaan, para siswa tidak boleh menikah selama tiga tahun. Hal ini ditujukan agar mereka dapat terlebih dahulu membantu orangtua dan keluarga mereka. Sebab tujuan utama program ini adalah untuk memutus mata rantai kemiskinan.

Di lembaga ini siswa dan pengajar diberi fasilitas asrama. Mereka diberi makan dan serta tempat tinggal selama mengikuti program. SHF mengedepankan konsep sustainable, dimana kebun organik yang menyediakan sayuran segar di sekitaran kampus menjadi salah satu sumber pemenuhan gizi para staff dan siswa. Bahkan listrik juga dikelola sendiri dengan system panel surya.

Adapun proyek pendidikan lain dari Yayasan ini adalah Makan Dulu training restaurant, dimana 12 peserta didik disiapkan dan dilatih sama halnya dengan 60 siswa di sekolah hotel. Akan tetapi konsentrasi keilmuan dan keterampilan di Makan Dulu training restaurant adalah culinary dan food and beverafes services.

Sukacita mengajar di daerah

Yolmita merasa lebih banyak suka dari pada duka saat menjalani hari harinya jauh dari kota besar. Ia merasa telah dapat menjalankan apa yang dulu ia tulis dalam essay saat mengikuti tes beasiswa LPDP. Ia merasa lebih bermanfaat dapat mengajar di SHF. Disani, Ia menjadi lebih mindful dan memiliki lebih banyak waktu untuk mengenal dan menggali potensi diri.

Di Sumba, Kupenuhi Janji: Kisah Yolmita Deni menemukan makna hidup dengan mengajar di daerah
Siswa Makan Dulu Training Restaurant sedang mengikuti ujian listening dan reading. Sumber: Dokumentasi pribadi

Yolmita bertumbuh dan memiliki visi yang lebih ke depan, Ia ingin mengerjakan hal-hal yang lebih meaningful lagi kepada murid-muridnya. Selama dua tahun terakhir di SHF, Yolmita jadi lebih banyak berpikir untuk lebih banyak menuai lagi. Dari pengalaman berdiskusi dengan siswa di Sumba Yolmita menyadari bahwa dengan apa yang sudah dia pahami, sejatinya Ia tidak tahu apa apa. Hal ini membuatnya untuk terus untuk mencari dan belajar lagi.

Selama tinggal di Sumba dan menjadi minoritas, Yolmita lebih menyadari dan harus banyak belajar karena Ia merasa masih fakir ilmu ternyata ada banyak hal tentang prinsip, nilai, dan keyakinan yang dijalani juga menjadi topik diskusi selama proses mengajar dan belajar. Yolmita mengaku sedikit ada masalah dengan makanan yang agak berbeda, tapi hal ini dapat diatasi dengan baik. Berinteraksi dengan orang-orang barat yang memiliki cara berpikir berbeda menjadi pengalaman berharga untuk dia terus bertumbuh.

Di Sumba, Kupenuhi Janji: Kisah Yolmita Deni menemukan makna hidup dengan mengajar di daerah
Siswa Makan Dulu Training Restaurant sedang mengikuti kelas speaking and vocabulary activity dengan bermain tebak tebakan. Sumber: Dokumentasi pribadi

Di SHF, sekalipun berada dalam circle yang sama setiap harinya, Yolmita sangat menikmati mengajar. Ia lebih merdeka mengajar karena tidak terlalu sibuk mengurus hal-hal administrasi. Keterbatasan siswa SHF yang jauh dari teknologi seperti komputer dan telepon genggam menjadi tantangan tersendiri. Ia harus lebih kreatif menggunakan metode dan bahan ajar yang dapat mendukung pembelajaran siswa. Siswa SHF hanya dibekali modul dan kamus untuk belajar namun aktivitas belajar dengan berbagai kegiatan tetap dibuat menyenangkan. Menurut Yolmita, keterbatasan akan menumbuhkan resilient yang lebih baik karena keterbatasan membuat kita terus berpikir dan berusaha lebih gigih lagi agar mampu keluar dari keterbatasan tersebut.

Tidak hanya dalam metode ajar, untuk meningkatkan pengembangan profesional nya, Yolmita ditantang untuk lebih mandiri dalam mencari kesempatan untuk dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitas dalam mengajar. Hal ini tentu saja sangat dimaklumi mengingat fokus lembaga adalah pada pemenuhan kebutuhan para peserta didik. Jadi, dalam hal bertukar ilmu dan pengalaman harus dilakukan pengajar secara individual. Menurut Yolmita, hal ini bukan merupakan suatu penghalang karena semua hal itu bisa didapatkan melalui berbagai sumber daring dan jejaring. Di lembaga ini, Yolmita mendapatkan inspirasi dan semangat lebih untuk mengembangkan diri secara profesional. Oleh karenanya, saat ini dia sedang mencari peluang fellowship program.

Di Sumba, Kupenuhi Janji: Kisah Yolmita Deni menemukan makna hidup dengan mengajar di daerah
Siswa SHF angkatan ke 7 sedang mengikuti kelas Speaking and Vocabulary dengan bermain ular tangga. Sumber: Dokumentasi pribadi

Hikmah perjalanan dan pengalaman di daerah

Bagi Yolmita, kesempatan bergabung di SHF membuat Ia menjadi lebih banyak bersyukur. Ia melihat begitu banyak anak-anak yang tidak memiliki akses dan fasilitas pendidikan layak seperti hal nya di kota-kota lain di Indonesia. Yolmita merasa ditantang untuk lebih kreatif mengajar di tengah keterbatasan fasilitas untuk memberi pengalaman belajar yang menyenangkan bagi muridnya.

Menjadi minoritas di lingkungan SHF yang terbatas juga memberi ruang lebih untuk Yolmita mengenal dirinya sendiri, terutama mendalami dan menunaikan janji yang dia tulis ketika mengisi aplikasi beasiswa LPDP. Dia menjadi lebih menyadari banyak hal dan lebih bisa menghargai apa yang sudah dicapainya, tanpa harus pusing dengan prestasi akademik, finansial, dan posisi teman-teman hebat lainnya.

Di Sumba, Kupenuhi Janji: Kisah Yolmita Deni menemukan makna hidup dengan mengajar di daerah
Yolmita bersama dua seniornya serta petugas perpustakaan saat wisuda di University of Adelaide. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tidak dapat dipungkiri materi membuat hidup menjadi lebih memiliki banyak opsi, akan tetapi Yolmita menyadari ada hal penting lain yang sebenarnya juga sedang kita cari-cari dalam hidup, seperti ketengan jiwa, feel of belonging terhadap pekerjaan, serta self-satisfaction terhadap apa yang dikerjakan. Hal ini baru ia sadari setelah proses panjang perjalanan dalam pengabaian, penolakan, keterbatasan dan pencarian jati diri.


Profil Yolmita Deni

Yolmita Deni adalah urang minang tulen yang ikut merantau dengan orang tuanya sedari kecil ke tanah Jawa. Lahir dan besar di keluarga menengah ke bawah tidak membuatnya merasa kecil. Kesempatan mengajar Matematika di sebuah sekolah internasional selama tiga tahun di Yogyakarta dan berkaca pada pengalaman hidup serta latar belakang keluarga, dia melihat bahwa kesenjangan pendidikan masih betul betul terasa di Indonesia. Situasi ini yang telah memotivasi dia untuk memperluas pengetahuannya. Ia meraih gelas Master di bidang pendidikan di University Adelaide, South Australia pada tahun 2020 dan bekerja sebagai seorang konsultan pendidikan di IDP Yogyakarta. Kemudian, Ia menjadi seorang guru Bahasa Inggris di Sumba Hospitality Foundation, salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat di Sumba, Nusa Tenggara Timur selama hampir dua tahun belakangan.


Editor: Rili | Indonesia Mengglobal

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here