Banyak teman-teman mungkin sedang menjalankan program S1 ataupun S2 dan sedang memikirkan apa langkah yang bisa diambil selanjutnya. Salah satu pilihan tentunya bisa bekerja. Pilihan lain adalah melanjutkan studi ke jenjang S3. Buat saya, karena saya ingin mendalami ilmu lebih lanjut dan menjadi ahli di bidang saya, yaitu intelegensia buatan (artificial intelligence) dan teknologi, saya memilih untuk mengambil S3. Saya percaya bahwa ilmu AI, teknologi, dan big data akan sangat dominan/berguna di masa depan.
Di artikel ini saya akan bercerita lebih lanjut tentang perjalanan saya mendaftar ke program-program S3 computer science di universitas-universitas top dunia. Perjalanan mendalami bidang akademik tentunya bukan perjalanan yang mudah, akan tetapi membutuhkan minat, usaha, konsistensi, dan persiapan dari jauh-jauh hari. Misalnya, pengalaman mengambil kelas-kelas yang relevan dan mengerjakan riset pada tahun terakhir S1 akan sangat membantu mempersiapkan diri untuk menempuh pendidikan lebih lanjut. Pada akhirnya, saya sangat beruntung mendapatkan offer of admission program S3 computer science dengan tawaran beasiswa penuh dari 9 universitas yaitu Oxford University, Stanford, Harvard, Carnegie Mellon, University of Washington, Johns Hopkins, Georgia Tech, University of Maryland, dan The Alan Turing Institute. Saya akan berbagi apa saja tips-tips spesifik yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemungkinan diterima di program PhD tujuan teman-teman dan bagaimana akhirnya saya memilih Oxford University.
Lakukan Due Diligence Calon Professor Pembimbing
Kuliah S3 bukan hanya tentang sekolah, brand, ataupun ranking. Biarpun hal-hal tersebut juga penting, yang paling penting sebetulnya adalah siapa pembimbing atau advisor kita di program S3 tujuan. Pembimbing sangat penting, lho, karena mereka yang akan membantu kita selama durasi program S3 (yang bisa sampai 6 tahun di US), mulai dari pertanyaan riset, mengajarkan cara menulis paper, mengenalkan kita kepada network para akademisi di bidang kita (sangat penting saat kita mencari kerja sebagai profesor nantinya), dan bahkan di banyak situasi, beasiswa kita dibayarkan dari uang riset mereka. Peran advisor betul-betul sepenting itu – there is no question about it. He/she can make or break your PhD journey.
Bidang yang saya minati adalah natural language processing dan machine learning, yang merupakan subbidang dari intelejensia buatan (artificial intelligence), yang biasanya berada dibawah departemen ilmu komputer (computer science). Pada saat pertama mau apply PhD, saya mencari siapa saja profesor-profesor yang risetnya paling berpengaruh sebagai calon advisor. Tak hanya itu, pertimbangan lainnya adalah saya mencari pembimbing yang juga terkenal baik, helpful, dan memiliki proven track record menghasilkan mahasiswa yang berhasil dan sukses. Untuk mengetahui hal ini, saya melihat situs personal dari setiap profesor yang saya minati, dan melihat profesi dan tempat kerja dari alumni bimbingan profesor tersebut. Saya juga menjalankan internship dengan salah satu profesor yang saya minati supaya dapat mengetahui cara kerjanya dan bisa belajar dari beliau secara langsung.
Selain itu, saya juga berusaha untuk mendapatkan saran dari mahasiswa-mahasiswa yang sedang mereka bimbing. Dari pengalaman saya, biasanya para mahasiswa bimbingan sangat helpful dan siap untuk memberi pendapat yang jujur tentang bekerja dengan profesor tersebut. Bila mereka enggan untuk jujur, ini menjadi tanda bahwa mungkin profesor tersebut bukan pembimbing yang baik.
Surat Rekomendasi yang Berguna
Hal kedua yang juga amat penting supaya diterima di program PhD tujuan adalah rekomendasi. Miskonsepsi yang banyak beredar di lingkungan saya adalah surat rekomendasi harus datang dari dosen yang sudah senior bergelar profesor, menjabat sebagai dekan, atau dari dosen yang punya koneksi ke universitas tujuan, dll.
Ini salah besar! Hal terpenting dari surat rekomendasi adalah surat tersebut harus datang dari dosen yang benar-benar mengenal dan pernah bekerja langsung dengan kita. Dengan kata lain, lebih baik surat detil yang panjangnya tiga halaman dari dosen pembimbing tesis kita, biarpun beliau belum bergelar profesor, dibandingkan dengan surat rekomendasi setengah halaman dari dekan atau guru besar yang kita hanya pernah mengambil kelasnya sekali, atau bahkan tidak tahu kita siapa.
Selanjutnya, isi paling penting dari surat rekomendasi untuk program doktoral bukanlah penjelasan bahwa kita mendapatkan nilai A di kelas mereka (universitas tujuan sangat mudah untuk melihat hal ini dari transkrip), atau kita aktif di organisasi kampus, akan tetapi kemampuan kita untuk melakukan riset yang baik. Oleh karenanya, ada baiknya teman-teman men-draft dulu apa saja yang teman-teman inginkan untuk dibahas dalam surat tersebut sebelum meminta kepada dosen. Jangan lupa untuk mengirim CV lengkap dan tandai apa saja yang harus profesor tersebut perhatikan. Oh iya, mintalah rekomendasi dari jauh-jauh hari (minimal sebulan sebelumnya), dan jangan malu-malu untuk terus mengingatkan dosen supaya mereka tidak lupa.
Persyaratan Standar
Dua hal yang saya sudah bahas di atas, yaitu profesor dan rekomendasi juga tentunya harus dilengkapi dengan persyaratan PhD standar lainnya, seperti GRE atau publikasi. Review the checklist. Sedikit tips untuk GRE, dicicil dari jauh-jauh hari, terutama untuk bagian verbalnya, karena untuk mendapatkan nilai bagus harus menghafal hampir seribu kata-kata advanced dalam bahasa Inggris. Luangkan waktu juga untuk meminta transkrip.
Untuk kebanyakan program ilmu komputer di USA, mayoritas deadline untuk aplikasi program doktoral datang di bulan Desember, biasanya Desember 15. Untuk negara-negara lain seperti UK, deadline aplikasi terkadang lebih fleksibel, akan tetapi jika ingin dipertimbangkan untuk beasiswa dari universitas, deadline nya biasanya mirip-mirip yaitu bulan Desember atau awal Januari. Pastikan teman-teman meluangkan waktu yang cukup, terkadang bisa beberapa bulan atau bahkan tahun sebelumnya,untuk mempersiapkan semua aplikasi dan melakukan proof-read (baik dengan diri sendiri maupun bantuan orang lain) sampai benar benar yakin.
Memilih Program PhD
Setelah mengirim aplikasi lengkap (dan banyak berdoa!), pengumuman penerimaan akan datang di bulan Februari atau Maret. Mayoritas program ilmu komputer di USA tidak memerlukan interview, akan tetapi program-program di UK biasanya perlu (kalau ada interview, biasanya sekitar bulan Februari).
Dari pengalaman pribadi, keputusan memilih program doktoral mana yang akan saya tempuh merupakan sebuah keputusan yang berat. Di antara 9 universitas tempat saya diterima, banyak faktor yang betul-betul harus saya teliti, mulai dari pertimbangan profesor, jumlah kelas yang harus diambil, jumlah mahasiswa di lab profesor tersebut, track record alumni, besarnya nominal beasiswa yang diberikan, sampai dengan ongkos hidup di kota tersebut.
Terlebih lagi, mungkin mayoritas dari kita, termasuk saya, juga ada pertimbangan pribadi seperti keluarga dan apakah istri/suami kita bisa mendapatkan pekerjaan di sana. Pada awalnya, saya sebetulnya berniat untuk mengambil offer PhD dari Harvard University di Boston. Namun, pertimbangan seperti biaya hidup yang mahal membuat kami berpikir dua kali untuk mengambil offer dari universitas amat bergengsi ini. Misalnya, asuransi untuk istri dan anak dari Harvard tidak dibiayai oleh beasiswa universitas dan harganya mencapai 10.000 USD per tahun untuk istri dan satu anak! Selain itu, istri saya Aulia juga merupakan mahasiswi PhD tahun terakhir di Cambridge University di Inggris, sehingga pindah ke Boston berarti memulai kehidupan akademik yang baru dan berbeda dengan apa yang selama ini sudah dia bangun di Inggris.
Tentunya sudah menjadi tugas kita untuk berencana, namun terkadang memang ada fleksibilitas ataupun faktor-faktor tidak terduga yang dapat diberikan oleh universitas untuk membuat offer mereka lebih menarik. Di saat kami sedang bimbang memilih, ternyata ada kesempatan di mana saya bisa menjalankan studi PhD di Oxford sambil mendapatkan posisi permanen sebagai Research Scientist di DeepMind. DeepMind merupakan salah satu lab intelejensia buatan terbaik di dunia dan kebetulan berlokasi di London, yang jaraknya hanya sekitar satu jam dari kota Oxford. Arrangement ini lah yang pada akhirnya membuat saya memilih untuk melanjutkan S3 di Oxford.
Pada akhirnya, program PhD mana yang sebaiknya diambil merupakan pertimbangan yang begitu personal. Saran saya, jangan terbuai hanya dengan brand atau reputasi universitas saja, namun juga harus memikirkan seberapa kondusifnya kah kampus tujuan dan bagaimana program/pembimbing tujuan dapat membantu kita mendapatkan pekerjaan tujuan kita sehabis lulus. Toh, hidup tidak hanya selesai di PhD kan. Selamat mencoba!
Photos are provided by the author.