Memilih National Taiwan Normal University untuk Belajar Bahasa Mandarin

4
8474
畢業快樂 (Bìyè Kuàilè, Happy Graduation)
畢業快樂 (Bìyè Kuàilè, Happy Graduation)

“Pengalaman tinggal dan belajar di luar negeri tidak hanya didapatkan dari kuliah formal saja, tapi bisa juga dari mengikuti pelatihan, kursus, dan magang. Salah satu aktivitas yang populer untuk tinggal di Taiwan adalah dengan belajar bahasa Mandarin. Karena cukup banyak pilihan tempat untuk mengambil kursusnya, artikel ini menyajikan penjelasan lengkap tentang beberapa kelebihan mengapa National Taiwan Normal University (NTNU) merupakan tempat yang cocok dipilih untuk kelas bahasa Mandarin, seperti lokasi yang mudah diakses, aktivitas luar kelas yang variarif, dan lingkungan internasional yang profesional”

***

National Taiwan Normal University. “Kenapa namanya normal, emang kampus lain gak normal ya?”

Taiwan merupakan salah satu tempat lokasi diaspora Indonesia terbanyak di luar negeri. Menurut data dari KDEI (Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia) di Taipei, jumlah Warga Negara Indonesia di Taiwan berjumlah 300.000 orang, dan sekitar 10% di antaranya merupakan pelajar. Negeri Formosa ini tidak hanya diminati oleh pelajar yang mau menuntut pendidikan formal jenjang strata 1, strata 2, atau strata 3 saja, namun juga banyak pelajar yang ingin belajar bahasa Mandarin.

Alasan memilih Taiwan untuk tinggal dan belajar beragam, mulai dari penelitian yang maju di beberapa bidang, biaya hidup dan biaya kuliah yang tidak terlalu mahal jika dibandingkan negara-negara di Eropa dan Amerika, serta ramah muslim. Ditambah lagi baik dari pemerintah, kampus, maupun profesor Taiwan banyak menawarkan kesempatan beasiswa untuk pelajar asing.

Untuk belajar bahasa Mandarin salah satu alasan utama pelajar memilih datang ke Taiwan adalah penggunaan karakter tradisional (traditional chinese character) dalam penulisan bahasanya. Bentuk tulisan tradisional sudah digunakan selama 2.000 tahun dan masih mengandung unsur gambar dari bentuk asalnya. Alasan lainnya untuk mengambil kursus bahasa misalnya ada yang ingin mencari kesempatan untuk bekerja atau hanya ingin liburan. Visa untuk belajar bahasa lebih mudah didapat dari pada visa pengunjung jika ingin jalan-jalan dengan durasi yang cukup panjang.

Ketika memutuskan untuk belajar bahasa Mandarin di Taiwan pertanyaan selanjutnya adalah dimana tempat yang baik untuk mengambil kelasnya. Sebelum mendaftar beasiswa dan mengajukan visa, kita perlu mendapatkan LoA (Letter of Acceptance) dari sekolah bahasa yang dituju. Ministry of Education Taiwan telah menyediakan daftar Language Center yang berjumlah lebih dari enam puluh sekolah di seluruh penjuru Taiwan. Tanpa referensi, mungkin kita akan bingung untuk memilih akan daftar ke mana. Salah satunya kawan saya yang mendaftar pada Language Center di urutan pertama dari daftar tanpa tahu informasi detil mengenai kampus tersebut.

Semua Language Center di Taiwan baik. Kualitas pengajaran para dosen pengampu kelas bahasa Mandarin di masing-masing universitas juga sama baiknya. Artikel ini hanya akan berbagi pengalaman mengenai beberapa kelebihan belajar bahasa Mandarin di National Taiwan Normal University (NTNU) bagi pelajar Indonesia yang ingin pergi ke Taiwan atau pelajar degree di Taiwan yang ingin mengambil kelas Mandarin tambahan.

Lokasi Menentukan Prestasi

Dari segi tempat, lokasi kampus MTC (Mandarin Training Center) NTNU di Taipei sangat strategis. Ibu kota Taiwan yang terletak di bagian utara pulau ini memiliki beragam tempat yang menaik untuk dikunjungi, misalnya Taipei 101, gedung yang sempat dinobatkan bangunan tertinggi di dunia pada tahun 2004; Longshan Temple, kuil tertua di Taiwan; serta National Chiang-Kai Shek Memorial Hall, sebagai ikon parisiwata Taiwan dan tempat dua gedung teater terbaik di Taiwan. Beragam festival dan acara menarik pun sering diadakan di ibu kota, seperti festival Amerika Latin, pameran cosplay tokoh anime, hingga penampilan-penampilan musisi kelas dunia.

Selain itu karena jumlah ekspatriat di Taiwan terkonsentrasi di Taipei, dengan mudah kita dapat menemukan makanan dari berbagai penjuru dunia. Tentunya selain mencoba panganan tradisional, tak ada salahnya untuk mengetahui cita rasa dari hidangan negara lain selagi kuliah di Negeri Formosa ini. Di area kampus NTNU misalnya, keluar gerbang akan disambut dengan restoran Itali, jalan sedikit ada warung Meksiko, menyebrang jalan ada makanan Timur Tengah, dan naik Taipei Metro (kereta bawah tanah, salah satu transportasi umum utama) sudah bisa menikmati hidangan Maroko. Untuk langsung mempraktikkan ilmu yang dipelajari di kelas bahasa, selepas kuliah banyak tujuan unik yang bisa didatangi dan makanan enak yang dapat dinikmati.

Kampus MTC NTNU berada di distrik Da’an, yang merupakan daerah pusat kota di Taipei. Akses ke stasiun MRT (Mass Rapid Transport) juga dekat. Ada tiga stasiun yang dekat dan dapat diakses dengan berjalan kaki dari NTNU. Bagi kawan-kawan Muslim, Taipei Grand Mosque dapat dicapai dengan hanya berjalan kaki dari kampus. Rumah makan Indonesia dan restoran halal pun bertebaran di sekitar kampus.

mandarin training center national taiwan normal university
Belajar Bahasa di Mandarin Training Center National Taiwan Normal University. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Belajar Bahasa Tak Lengkap Tanpa Budaya

Walaupun belajar bahasa itu kebanyakan konteksnya hanya belajar di kelas saja, NTNU menyajikan banyak program tambahan untuk meningkatkan kemampuan bahasa para mahasiswanya di luar kelas tatap muka. Jika mendaftar untuk sekolah bahasa, kebanyakan kampus hanya akan menyediakan kelas formal dengan durasi dua atau tiga jam per hari. Namun di NTNU banyak jadwal pilihan yang dapat diikuti untuk lebih memperdalam ilmu.

Pertama, adanya kelas besar dengan beragam topik. Jika kelas wajib dalam kelompok kecil enam sampai dengan sepuluh orang, kelas besar dapat diikuti lebih banyak orang. Lokasinya biasanya di aula yang dapat menampung hingga seratus orang. Tema yang dibahas mulai dari percakapan sehari-hari, tulisan karakter Mandarin, menonton film, menyanyi, fisolofi hidup ala budaya Tiongkok, hingga presentasi dan pidato.

Misalnya ketika mengikuti kelas besar dengan topik percakapan sehari-hari yang kebetulan temanya tentang makan hotpot, setelah kelas saya dapat langsung mempraktikkan bagaimana cara memesan hotpot vegetarian di rumah makan dekat kampus ketika jam makan siang tiba. Apa yang dipelajari di kelas dapat langsung dipraktikkan dalam kegiatan harian. Hal ini yang dapat membuat ilmu lekat menempel di ingatan. Padahal topik ini belum dipelajari di kelas utama, namun dengan mengikuti kelas pilihan ada pengayaan ilmu baru yang didapat.

Contoh lainnya pada kelas ‘Let’s Sing in Chinese’, dalam satu kelas kami diperdengarkan dua buah lagu berbahasa Mandarin. Sang dosen membedah liriknya serta menjelaskan arti kalimat dan filosofi maknanya. Selain mempelajari kosakata baru, kami jadi belajar bagaimana penggunaan ungkapan sastra dalam karya musik, yang biasanya jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Selain itu setelah selesai kelas juga ada lagu tambahan yang bisa masuk playlist karena terus terngiang-ngiang akibat berulang kali dinyanyikan selama kelas.

mandarin training center national taiwan normal university multi-task language training courses
Contoh Jadwal Kelas Tambahan dalam Sepekan. Sumber: MTC NTNU

Kedua, ada aktivitas budaya yang bisa diikuti oleh mahasiswa secara cuma-cuma. Belajar bahasa biasanya tidak terlepas dari belajar budayanya juga. NTNU cukup sering mengadakan kegiatan-kegiatan untuk mengenal kebudayaan Tiongkok lebih dalam. Misalnya ketika tahun baru Imlek orang-orang menuliskan ucapan dan harapan dalam bentuk kaligrafi yang dituliskan dengan tinta hitam di atas kertas merah. Seni kaligrafi ini dikenal dengan 書法 (shūfǎ).

Kampus ini sengaja mendatangkan salah satu master kaligrafi dan menyediakan perlengkapan agar mahasiswa dapat praktik langsung untuk membuat ucapan sendiri. Di China ada budaya menerbangkan lampion setiap hari ke-15 setelah lunar new year. NTNU pun merancang kelas membuat dan melukis lampion agar mahasiswa dapat merasakan apa yang biasa orang lokal lakukan ketika festival ini. Hasilnya dapat kami bawa pulang untuk menghiasi rumah masing-masing. Di lain waktu ada juga kelas memasak kudapan tradisonal Taiwan.

Kebetulan materi yang sedang dipelajari topiknya mengenai ‘Come to My Place to Make Dumplings’. Kelas kami belajar bagaimana tantangan melipat kulit pangsit yang ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Kegiatan lainnya ada juga bermain boardgame, melukis topeng yang biasa digunakan dalam kostum Chinese Opera, lomba tongue twister bahasa Mandarin, juga mengirim tim untuk ikut kompetisi balapan mendayung perahu naga (dragon boat race)

learn to write chinese caligraphy
Tangan Bergetar Sembari Menggurat Tinta dengan Kuas di Atas Kertas. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ketiga, kelas bahasa tidak hanya melulu di dalam ruangan tetapi juga berupa field trip dan aktivitas di luar kampus. Setiap beberapa periode waktu sekali NTNU biasanya merancang program jalan-jalan ke tempat-tempat unik yang seringkali tidak dicantumkan dalam artikel ’50 Rekomendasi Tempat Wisata di Taiwan’ atau ’25 Must-Visit-Place in Taipei’ yang ada di internet. Misalnya ada trip ke Aohua Village di Nanau untuk belajar Politik Ekologi dari suku pribumi. Kalau hanya jalan-jalan sendiri belum tentu masuk daftar tempat yang ingin dikunjungi dan tranportasinya agak sulit. Walaupun field trip biasanya berbayar, tapi biasanya relatif lebih rendah biayanya dibandingkan pergi sendiri.

Group photo of international students posing in sun moon lake taichung nantou country
Karyawisata ke Sun Moon Lake. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Aktivitas luar kelas yang tidak berbayar juga ada, misalnya aktivitas menjadi relawan untuk mengajar bahasa Inggris dan kebudayaan asing untuk anak SD serta presentasi budaya untuk berlatih bahasa Inggris dengan mahasiswa lokal. Kegiatan yang pernah saya ikuti bernama Flip Class, yang kegiatannya mahasiswa asing masuk ke kelas mata kuliah Bahasa Inggris yang diikuti oleh mahasiswa lokal dan melakukan presentasi dalam Bahasa Inggris.

Kalau biasanya di kelas bahasa Mandarin kami harus menggunakan bahasa yang sedang kami pelajari ini dan sebisa mungkin tidak berbahasa Inggris, pada aktivitas ini malah dibalik. Mahasiswa asing diharuskan berbicara dalam bahasa Inggris terus untuk dapat memberanikan mahasiswa Taiwan untuk berbicara bahasa Inggris juga. Oleh karena itu nama kegiatannya disebut Flip Class.

Think Globally Act Locally

Orang asing yang datang ke Taiwan untuk belajar bahasa berasal dari berbagai penjuru dunia. Alasan mereka beragam, mulai dari karena menikah dengan orang Taiwan, ingin mencari pekerjaan, sekedar jalan-jalan, hingga termasuk program beasiswa. Ada skema beasiswa untuk berkuliah di Taiwan yang mewajibkan untuk belajar bahasa Mandarin selama satu tahun terlebih dahulu sebelum mulai kuliah. Banyak di antara mereka yang milih NTNU sebagai kampus untuk melatih kemampuan bahasa Mandarinnya.

Klaim dari MTC NTNU, setiap kuater akademik (tiga bulan per semester) mahasiswanya berasal dari lebih dari 70 negara. Kita dapat berjumpa dengan beragam orang dari berbagai suku kebangsaan yang berbeda dalam satu tempat. Teman kelas pun beragam, oleh kampus biasanya diatur agar mahasiswa dari negara yang sama tidak dikelompokkan bersama-sama. Jika tidak, ada kecenderungan untuk mahasiswa saling berbicara dengan bahasa negaranya di kelas, bukan berbahasa Inggris atau Mandarin.

Teman sekelas ada yang berdasal dari negara yang sebelumnya saya belum pernah dengar. Ada teman yang datang dari Saint Kitts and Navis, dan Saint Vincent and the Grenadines. Dua negara ini ternyata di Kepulauan Karibia. Sebelumnya saya hanya tau Jamaika saja dari gugus kepulauan di bagian selatan Amerika Serikat ini. Ada juga kawan dari Somaliland, yang ternyata berbeda dengan Somalia. Belajar di NTNU membuka kesempatan untuk bertemu dengan banyak orang dari negara-negara yang jauh dari tanah air.

Di waktu senggang di dalam kelas atau ketika sudah selesai pelajaran kami juga sering saling bertukar cerita dan budaya dari negara masing-masing. Dengan saling berbagi kisah ini sedikit banyak wawasan kita akan lebih kaya dan lebih toleran. Misalnya tetang pemilihan kelas pagi. Kelas di MTC NTNU paling pagi dimulai jam 8. Awalnya saya ada pikiran bahwa bule jarang mau kelas pagi biasanya karena suka party sampai subuh sehingga susah bangun pagi.

Ternyata setelah diceritakan teman yang dari Inggris, ketika musim dingin mereka tidak terbiasa bangun jam 5 atau jam 6 seperti di Indonesia, karena matahari di sana baru terbit sekitar pukul 8 pagi. “No class before 9”, katanya. Jadi bukan karena kebiasaan tidurnya yang terlewat larut, tapi memang karena jam biologisnya belum aktif sepenuhnya karena sang surya yang belum menyingsing. Jika sinar matahari baru bersinar jam 8, saya pun mungkin tidak akan bangun jam 5 seperti biasa ketika tinggal di Bandung, dan kelas jam 8 juga akan terasa memberatkan.

Cooking class at National Taiwan Normal University
師範大學 (Shīfàn dàxué, Normal University) berubah menjadi 吃飯大學  (Chīfàn dàxué, Eating University). Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dengan berinteraksi dengan teman dari latar belakang yang berbeda ini membuat saya menyadari bahwa stereotipe negara itu tidak seluruhnya tepat. Di luar sering saya mendengar tentang orang-orang dari negara A itu biasanya tidak ramah dan tidak murah senyum, orang dari negara B biasanya pelit, serta orang dari negara C pasti hobinya mabuk-mabukan. Padahal tidak sepenuhnya benar. Sebagian orang dari negara tersebut mungkin menunjukkan karakteristik tertentu, tetapi sebagian lainnya malah bertentangan.

Misalnya beberapa teman dari Guatemala kalau janjian untuk bertemu sering terlambat. Kami sepakat untuk makan malam jam 7. Kemudian jam 8 ketika semuanya sudah sangat lapar barulah teman-teman dari Guatemala datang dengan santainya. Mereka mengatakan bahwa budaya terlambat itu bagian dari budaya Amerika Latin. Padahal ada juga teman Guatemala lainnya yang sangat menghargai waktu, bahkan jika janjian jam 8 pagi, 10 menit sebelumnya sudah siap di tempat bertemu. Kalau digunakan untuk konteks Indonesia juga kurang lebih mirip. Walaupun sebagian orang Indonesia terkenal dengan jam karetnya, tapi banyak juga yang disiplin terhadap waktu.

Banyaknya jumlah pelajar asing yang menuntut ilmu di NTNU juga membuat staf akademiknya sudah terbiasa menangani permintaan dan komplain yang beragam. Kendala yang biasa dihadapi misalnya pembayaran uang semester yang belum berhasil karena menggunakan kartu kredit luar negeri, perbedaan kebijakan visa dan izin tinggal di Taiwan untuk tiap negara, hingga pendaftaran dan penggunaan asuransi kesehatan bagi orang yang di negara asalnya belum terbiasa menggunakan pelayanan ini. Tata Usaha NTNU dengan sigap melayani keluhan dan permintaan mahasiswanya.

Untuk lebih memudahkan interaksi bahkan mereka merekrut staf lokal yang fasih berbahasa Jepang, Korea, Spanyol, dan Perancis. Sekarang belum ada staf yang jago berbahasa Indonesia, tapi saya cukup kagum ketika menemukan pengumuman dan petunjuk seperti di toilet dan tempat pengolahan sampah ada juga yang ditulis dalam bahasa Indonesia.

Kembali ke Normal

Menjawab pertanyaan di awal tentang arti nama kampus NTNU. Kata ‘Normal’ sendiri bukan merujuk kepada normal dalam artian tidak aneh. Namun diadopsi dari kata ‘Norm’ yang bermakna norma, panduan, atau tananan. Nama NTNU dalam bahasa Mandarin adalah 國立臺灣師範大學 (Guólì Táiwān Shīfàn Dàxué). Kata 師範 (Shīfàn) sendiri kurang lebih artinya pelatihan bagi guru. Guru-gurulah yang berperan untuk mengajarkan norma-norma kepada anak didiknya. Jadi maksud dari ‘Normal University’ adalah kampus yang melatih calon guru yang akan menanamkan norma-norma pada murid yang diajarnya nanti. Kalau di Indonesia namanya mungkin akan menjadi ‘pendidikan’, seperti Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung. 

Ada beberapa beasiswa yang tersedia jika ingin belajar bahasa Mandarin, mengikuti program exchange atau menembuh pendidikan gelar di NTNU, mulai dari beasiswa dari LPDP untuk mengikuti program IISMA (International Indonesian Student Mobilization Award), Ministry of Education Taiwan, Ministry of Foreign Affaris hingga beasiswa dari kampus. Cerita tentang pengalaman belajar Mandarin dengan beasiswa Huayu Enrichment Scholarship dari Ministry of Education Taiwan dapat dibaca di artikel yang ditulis oleh Alfin dan Putri ini.

Walaupun ada sedikit kekurangan jika NTNU memilih sebagi tempat belajar bahasa Mandarin di Taiwan, yakni tuition fee yang sedikit lebih tinggi, namun dengan beberapa kelebihan ini dapat menjadi pertimbangan untuk mendaftar kelas bahasa Mandarin di NTNU.

***

4 KOMENTAR

  1. it’s so help when i read this article, cause my daughter has plan to go to taiwan to learn chinese language in taiwan. and i heard there are a lot of scholarship, there is someone can help me to inform how to get scholarship at national taiwan normal university. I really appreciate for anyone who can help to get information about scholarship..thank u

    • Thank you for the comment, Lisa. There are many scholarships available for international students studying in Taiwan. One of them is the Huayu Enrichment Scholarship (HES). Usually, it opens between February and March each year. You can find the information from Taiwan Economic and Trade Office (TETO) Education division website: https://studiditaiwan.blogspot.com/. NTNU also offers scholarships for learning Mandarin. There are also Taiwan Scholarship and Taipei City’s Learning Chinese Grants for Enhancing International Exchange. That information can be accessed from the NTNU Scholarship website: https://mtc.ntnu.edu.tw/eng/scholarship.htm

      During the time I was learning Mandarin at MTC NTNU. All students in my class are scholarship recipients. Taiwan offers generous grants and is relatively easy to apply for. For example, the HES selection process only consists of document selection. There is no interview stage. So, it is worth it to try to submit the scholarship application.

  2. dengan dana 25.000 ntd itu cukup ga kak? kalo makan sehari hari itu berapa ntd ya ? barangkali kaka masih punya list manage keuangan kaka hehe ?

    • Halo Alka,
      Terima kasih pertanyaannya.

      Seharusnya beasiswa yang diberikan oleh Ministry of Education, Taiwan, sudah diperhitungkan untuk mencukupi biaya hidup per bulan selama tinggal di Taiwan. Biaya hidup berbeda-beda tergantung kota tempat tinggal dan gaya hidup. Asalkan gaya hidupnya tidak berlebihan, seharusnya dana beasiswa yang diberikan cukup, bahkan bisa disisihkan untuk investasi.

      Sebagai gambaran, sekali makan di Taiwan rata-rata berkisar antara NTD 80 – NTD 100 (Rp40ribu – Rp50ribu). Komponen biaya terbesar biasanya untuk akomodasi/tempat tinggal. Idealnya, akomodasi dan utilitas (listrik, air, internet) tidak lebih dari 50% pemasukan per bulan. Biaya lainnya untuk transportasi, pendidikan, hobi dan hiburan.

      Semoga membantu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here