Banyak sekali peluang atau kesempatan yang tersedia untuk berkuliah di luar negeri, salah satunya di Italia. Terlebih lagi, ada program beasiswa yang ditawarkan dari negara ini, salah satunya National PhD Program/Dottorati di Interesse Nazionale (DIN). Program yang baru diadakan oleh Italia tahun 2021 ini masih banyak yang belum mengetahuinya terutama masyarakat Indonesia. Program DIN ini bertujuan mendorong penelitian pada bidang prioritas nasional Italia dengan pendanaan yang salah satunya berasal dari dana The National Recovery and Resilience Plan (PNRR). Hadi Prasojo adalah salah satu orang Indonesia yang berhasil mendapatkan beasiswa ini dengan mengambil jurusan Sustainable Development and Climate Change (SDC). Menurutnya, mengambil PhD di Italia dengan program DIN merupakan salah satu bentuk merdeka belajar. Mengapa demikian?
Yuk simak cerita Hadi sebagai mahasiswa PhD di Italia dan cari tau lebih dalam tentang program DIN.
***
National PhD program di Italia
Kesempatan studi lanjut tingkat doktoral / PhD di Italia sebenarnya terbuka lebar. Namun sayangnya belum terlalu banyak pelajar asal Indonesia yang memanfaatkan kesempatan ini. Berdasarkan data Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Italia pada Juli 2022, di tahun akademik tersebut terdapat 10 pelajar PhD saja yang berasal dari Indonesia. Menurut saya pribadi, sebagai negara peringkat keempat dengan populasi terbesar di dunia, jumlah ini masihlah sedikit dibandingkan dengan pelajar dari negara lainnya.
Pendaftaran PhD (call for admission) di negara anggota G7 ini umumnya berlangsung di masing-masing universitas. Informasi mengenai tahapan aplikasi, jangka waktu, hingga jumlah posisi beasiswa yang dibuka sangatlah beragam. Jika berminat, informasi PhD call dapat dipantau via laman masing-masing universitas tiap tahun akademiknya. Misalnya PhD call 39th cycle, untuk tahun akademik 2023/2024 dan 40th cycle untuk nantinya pada 2024/2025.
Selain yang diselenggarakan oleh masing-masing universitas, Italia juga baru memiliki National PhD Program (based on national interest) / Dottorati di Interesse Nazionale (DIN) sejak tahun 2021. Program DIN ini merupakan program yang mendorong penelitian pada bidang prioritas nasional Italia, dengan didasarkan pada article 11 Decreto Ministeriale n.226, Ministry of University and Research (MUR). Program ini berlangsung dengan co-financing, dimana sebagian diantaranya bersumber dari dana The National Recovery and Resilience Plan (PNRR) bagian dari Next Generation Uni Eropa, maupun pendanaan lainnya dari universitas/lembaga penelitian/industri.
Ada lebih dari 25 DIN yang telah berlangsung di Italia, dengan topik yang beragam, diantaranya artificial intelligence (AI), photovoltaics (PV), cybersecurity, design Made in Italy, dll. Setiap DIN berbentuk konsorsium yang dikoordinasikan oleh satu universitas, kemudian pelajarnya disebar ke beberapa universitas maupun lembaga penelitian/industri lainnya di Italia. Informasi detail bisa dicek pada masing-masing laman program, dimana informasi daftar berbagai DIN ini dapat diakses melalui laman: https://www.dottoratinazionali.it/elenco-dei-din
PhD in Sustainable Development and Climate Change
PhD in Sustainable Development and Climate Change (SDC) merupakan salah satu dari DIN di Italia, dengan jumlah posisi beasiswa / PhD terbesar dibandingkan DIN lainnya. Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa untuk 38th cycle, PhD SDC bermitra dengan lebih dari 50 universitas / lembaga penelitian serta membuka 150-an kesempatan beasiswa/topik penelitian. Sesuai dengan judul programnya, pelaksanaan materi dari program ini sangatlah luas perspektifnya. Secara teknis PhD SDC ini dibagi menjadi 6 kelompok kurikulum (CU). Saya sendiri tergabung dalam kurikulum (CU) 2, dengan riset yang berkaitan dengan aspek sosio-ekonomi.
Sebagai pelajar di National PhD Program ini memungkinan kita akhirnya terdaftar di dua universitas sekaligus. Sebagai contoh – saya pribadi – yang secara program terdaftar di Scuola Universitaria Superiore IUSS Pavia (universitas koordinator PhD SDC), juga terdaftar di Università degli Studi dell’Insubria (host university yang merupakan lokasi supervisor penelitian saya). Sehingga saya pun berhak menggunakan beberapa fasilitas dari kedua universitas. Layaknya PhD program lainnya di Italia, nantinya diantara 3 tahun masa studi, direkomendasikan untuk melakukan penelitian/visit abroad (di luar Italia) selama 6 bulan hingga 1 tahun.
Wujud Merdeka Belajar
Jika saya renungkan, bisa jadi pelaksanaan program semacam ini mendukung konsep yang sama dengan yang tengah digaungkan di Indonesia, Merdeka Belajar. Prinsip fleksibilitas diberlakukan dalam pelaksanaan DIN ini. Dimana kita sebagai pelajar dipersilakan untuk memilih course yang ingin kita ikuti dari berbagai pilihan yang ditawarkan universitas mitra program, baik secara luring maupun daring. Tentunya merdeka dengan tetap memperhatikan keterbatasan misalnya waktu, dana penelitian, serta tetap menjaga komunikasi dan mempertimbangkan arahan supervisor.
Prinsip lainnya adalah kolaborasi antara lembaga, baik universitas, lembaga penelitian, juga industri. Program serupa telah ada di Eropa diantaranya Marie Skłodowska-Curie Actions Doctoral Networks maupun Erasmus yang juga mengedepankan kolaborasi. Program seperti ini dapat terus merobohkan mentalitas silo yang ada antar disiplin ilmu dengan konteks multidisiplinernya, serta batas yang ada antar universitas. Kita pun sebagai pelajar dapat sering terpapar bidang ilmu rekan lainnya.
Jika program seperti ini diilustrasikan di Indonesia, program ini memungkinkan seorang pelajar terdaftar misalnya di kampus yang berlokasi di Bandung (sebagai kantor administratif program), namun yang bersangkutan tinggal dan mendapat universitas host di Makassar. Kemudian pelajar tersebut bisa mengikuti kelas baik daring dan luring pada universitas di Jakarta, Denpasar, maupun kota lainnya. Apakah kita siap dengan gaya seperti ini? Sebagai program inovatif, tentunya program semacam ini juga merupakan trial/eksperimen, banyak hal teknis administrasi dan birokrasi yang masih akan perlu dioptimalkan.
Dimanapun, Kapanpun, dari Siapapun
Program ini juga semakin membuat saya merenung bahwa belajar memang seharusnya merdeka, tidak perlu di kampus tertentu, bisa dimana dan dari mana saja. Dengan media informasi dan teknologi yang semakin berkembang, ilmu yang dipelajari sejatinya telah tersedia di berbagai media digital, buku, dan lainnya. Bahwa yang diperoleh dari kuliah/studi lanjut adalah bimbingan dan lingkungan untuk mendorong kita mempelajari hal-hal yang kita harapkan dan tuju.
Jika berkontemplasi sedikit, jalan yang saya tempuh menuju pendidikan PhD ini maupun saat menuju MSc sebelumnya juga tidaklah sesuai dengan rencana awal yang diharapkan. Banyak juga kegagalan dalam proses menuju universitas-universitas impian. Namun berbagai proses tersebut justru membuat saya bersyukur dan menyadari bahwa: “Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.” Selain itu, dalam proses studi lanjut ini ada satu pepatah yang saya yakini: “Keberuntungan adalah persiapan yang bertemu dengan kesempatan (Seneca).” Sehingga kita terkadang perlu membuka perspektif diri, bahwa sebenarnya ada banyak kesempatan untuk menggapai mimpi, termasuk untuk studi lanjut di bidang yang kita inginkan, dimanapun, kapanpun, dari siapapun. Merdeka!
Editor: Dwiki Setiawan