Tantangan untuk Mendapatkan Pekerjaan di Spanyol

0
5585
Edificio Metropoli, Gran vía - Madrid, Spain. Sumber: Jorge Fernández Salas on Unsplash

Bagaimana caranya mendapatkan pekerjaan di Madrid, Spanyol? Seperti apakah budaya bekerja di perusahaan Spanyol? Dalam artikel ini, Paulina akan membagikan jawabannya.


Mencoba peruntungan mencari pekerjaan di luar negeri tidaklah mudah. Apalagi di tempat yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi. Mulai dari tantangan untuk memiliki kemahiran bahasa asing, beradaptasi dengan budaya dan kebiasaan setempat, work culture yang berbeda dengan negara asal, hingga rumitnya persoalan mengurus work permit.

Sembari menyelesaikan kuliah pascasarjana di Universidad Complutense de Madrid, jurusan European Union Studies, di akhir pekan saya bekerja part-time di sebuah toko yang menjual leather bags. Kebetulan dengan menggunakan visa pelajar masih diberikan kesempatan untuk bekerja 20 jam per minggunya.

Lulus kuliah di tahun 2019, saya dan beberapa teman mencari peluang untuk dapat bekerja, meski terbilang sulit karena unemployment rate di Spanyol terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di Eropa lainnya. Bermodalkan ijazah dan skill bahasa Spanyol yang dapat dibilang sudah mahir pun rasanya tidak cukup.

Sebelum menjalani pekerjaan sekarang, saya sempat bekerja paruh waktu menjadi tour guide bagi wisatawan asal Indonesia, juga menjadi language tutor di 2 sekolah negeri.

Penulis saat Christmas Dinner 2017 bersama teman kuliah. Sumber foto: Penulis
Penulis saat Christmas Dinner 2017 bersama teman kuliah. Sumber: Penulis

Perjalanan Mendapatkan Pekerjaan Selepas Lulus Kuliah 

Sewaktu berkonsultasi dengan immigration lawyer saya mengenai masalah visa kerja, mengingat kala itu saya masih menggunakan visa pelajar, ia memberikan tips agar dapat lebih mudah di-hire oleh perusahaan. Yakni saya bisa mencari perusahaan yang memiliki hubungan dengan negara asal saya, dan mungkin membutuhkan human resources dari negara tersebut, atau juga menguasai pasar negara tersebut.

Ia juga memberi semangat kepada saya bahwa dengan skill bahasa Indonesia yang saya miliki, dan tidak dimiliki oleh tenaga kerja lokal, sudah menjadi satu nilah tambah bagi perusahaan yang membutuhkan.

Saat ini saya bekerja sebagai External Relations sekaligus PA di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang veterinary supplies.

Saya membantu di departemen Asia karena perusahaan ini memiliki 2 pabrik di Indonesia, yakni di Bekasi dan Sidoarjo. Setiap bulan, saya harus berhubungan dengan pabrik-pabrik di Indonesia untuk keperluan audit. Selain itu, saya juga diminta untuk mengajar Bahasa Indonesia kepada atasan saya, dan juga di akhir pekan mengajarkan Bahasa Indonesia kepada anaknya.

Awal mula saya mendapatkan informasi mengenai perusahaan ini dimulai pada saat saya iseng mendaftar di satu portal pembelajaran bahasa asing sebagai tutor Bahasa Indonesia.

Beberapa bulan kemudian, ada yang mengontak saya via portal tersebut dan bercerita bahwa beliau tertarik sekali mempelajari bahasa Indonesia karena beliau memiliki perusahaan keluarga yang juga punya basis di Indonesia dan beliau secara rutin berkunjung ke Indonesia 4 kali setiap tahun.

Kemudian saya mulai aktif mengajar Bahasa Indonesia secara private ke beliau. Lalu, beliau mulai meminta saya untuk membantu menerjemahkan beberapa dokumen dan laporan di perusahaannya.

Selama beberapa bulan saya mengajar bahasa, beliau kemudian bersedia untuk meng-hire saya menjadi bagian dari perusahaannya, dan juga mensponsori visa kerja saya.

Proses mengajukan visa kerja saya dibantu oleh immigration lawyer yang saya pakai, dan juga lawyer dari perusahaan. Karena tidak semua lawyer mengerti dengan aturan-aturan keimigrasian, maka saya memilih untuk menggunakan jasa immigration lawyer.

Prosesnya sendiri cukup rumit dan benar-benar harus detail. Salah sedikit resikonya bisa ditolak. Pada bulan September 2020, pengacara saya menghubungi saya dan memberi kabar jika pengajuan work permit saya diterima. Senang rasanya!

Tantangan Selama Bekerja di Perusahaan Mancanegara

Berbicara tentang kultur bekerja di perusahaan ini, bisa dibilang awalnya cukup menantang bagi saya karena sangat berbeda dengan disiplin ilmu saya selama kuliah. Di sini saya bekerja bersama dengan dokter hewan, peneliti kimia, insinyur pertanian, dan mereka yang memiliki latar belakang sains, sementara rumpun saya cenderung ke ilmu sosial dan humaniora.

Meski tidak bekerja di bidang teknis, tetapi di awal saya sempat kesulitan untuk beradaptasi ketika saya mengikuti audit via zoom selama 8 jam dengan pabrik di Bekasi dan Sidoarjo.

Namun, atasan saya sangat mendukung dan mengapresiasi kinerja saya sejauh ini. Kantor headquarter kami di Madrid, Spanyol hanya memiliki 8 staf sehingga suasana bekerja tidak “setegang” bekerja di perusahaan korporat pada umumnya. Menurut pandangan saya, mereka semua ramah dan terbuka dengan orang baru, walaupun sejujurnya saya merupakan satu-satunya orang Asia di kantor itu.

Akibat dari pandemi COVID-19, sejauh ini perusahaan kami belum bekerja secara full-time di kantor. Hal ini sesuai dengan imbauan pemerintah bahwa yang tidak termasuk ke dalam pekerjaan teknis dan masih bisa bekerja dari rumah tidak diwajibkan untuk masuk kantor.

Akan tetapi, tentunya para karyawan lain yang bekerja di pabrik dan tidak memiliki opsi untuk work from home tetap bekerja secara langsung di lapangan.

Saya sempat menyimak bahwa pemerintah Spanyol akan segera mencanangkan aturan baru mengenai kerja jarak jauh, yang merupakan inovasi yang muncul sejak lockdown di awal tahun 2020 kemarin. Saya sendiri saat ini masih bekerja secara jarak jauh dari kota asal saya di ujung pulau Sulawesi.

Mencari perusahaan yang bersedia mensponsori visa kerja memang tak semudah membalikkan telapak tangan.

Banyak dari perusahaan yang enggan untuk mempekerjakan kandidat yang belum memiliki izin tinggal dan bekerja resmi, karena adanya inspeksi dari Kementerian Ketenagakerjaan. Jika satu perusahaan kedapatan mempekerjakan tenaga kerja asing secara tidak resmi, maka sanksi yang akan didapat yakni denda sebesar puluhan ribu euro, hingga pencabutan izin usaha.

Pekerjaan yang masih mungkin dilakukan oleh seseorang yang belum memiliki izin bekerja resmi di negara setempat adalah menjadi asisten rumah tangga atau pengasuh anak/lansia. Itu pun dengan risiko dibayar jauh lebih rendah daripada upah mínimum yang seharusnya. Namun, banyak juga yang “terpaksa” harus bekerja tanpa kontrak demi menyambung hidup.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here