Bertukar Khazanah dan Interaksi Antar Negara Melalui Kolaborasi Mural Karya Seniman Disabilitas Wales dan Indonesia

0
618
Nano's mural at Craft in the Bay Exhibition Source: Personal Documentation

Seni merupakan bentuk imajinasi yang diekspresikan seseorang melalui pikirannya menjadi karya dengan melibatkan cerita dan keindahan di dalamnya. Semua orang tentunya bisa menciptakan karya seni, apapun posisi atau kondisi fisiknya. Selain itu, seni juga dapat menyatukan banyak perbedaan, mulai dari perbedaan budaya, bangsa bahkan negara sekalipun. Hal ini sekali lagi dibuktikan dengan adanya kolaborasi seni mural yang baru terjadi November lalu antara seniman Indonesia dan Inggris yang memiliki makna pertukaran. Seperti apakah hasil kolaborasi mural tersebut dan bagaimana kolaborasi ini bisa terjadi?

Simak cerita lengkapnya pada artikel di bawah.

***

Angin kencang dan suhu dingin pada Jumat (3/11) sore lalu tidak melunturkan semangat para pengunjung galeri Craft in the Bay, Wales, Britania Raya, yang datang untuk menghadiri peluncuran karya mural bertajuk Lintunan – Cyfnewid – Pertukaran. Setelah dipamerkan di galeri Craft in the Bay, karya mural tersebut kemudian dipasang di Pedal Power Cardiff Bay, Wales. Proyek mural ini merupakan karya kolaborasi antara seniman disabilitas dari Wales, Andrew Bolton dari Community Murals, serta Nano Warsono dan Butong Idar dari Jogja Disability Arts.

Mural yang diluncurkan pada bulan November ini adalah proyek keempat yang dikerjakan bersama oleh Andrew, Nano, dan Butong. Mereka pertama kali berkenalan secara online di tengah pandemi pada tahun 2021, mengerjakan beberapa mural kolaborasi secara jarak jauh dalam kurun waktu dua tahun terakhir, dan hingga akhirnya bisa berjumpa langsung saat Nano dan Butong berkesempatan datang ke Wales untuk pembuatan mural kali ini. Dalam waktu dekat, Andrew akan ganti berkunjung ke Yogyakarta.

Makna Dibalik Mural Betajuk “Lintunan – Cyfnewid – Pertukaran”

Lintunan merupakan kata bahasa Jawa untuk pertukaran, sementara Cyfnewid juga bermakna pertukaran dalam bahasa Welsh. Seperti judulnya, tujuan utama yang ingin dicapai oleh proyek kolaborasi mural ini adalah pertukaran khazanah ilmu pengetahuan dan budaya. “Ada pertukaran kebudayaan, tapi juga ada pertukaran langsung. Teman-teman dari Jogja mengalami di sini, teman-teman dari UK juga mengalami di Jogja,” jelas Butong.

Tema pertukaran dipilih bukan semata-mata untuk menajamkan perbedaan antar kebudayaan, tapi justru untuk menekankan bahwa di tengah perbedaan itu, ada persamaan dan persatuan. “We want to make it more obvious that there is similarity across the world,” ujar Andrew. Ia mencontohkan, di Indonesia ada bahasa Indonesia, juga ada bahasa Jawa. Sama seperti di Inggris ada bahasa Inggris dan juga ada bahasa Welsh. “Bhinneka Tunggal Ika itu lah,” tambah Nano.

Selain persatuan dalam keberagaman, tema sentral lainnya yang juga ditonjolkan dalam proyek mural kali ini adalah kesetaraan dan pemberdayaan. Bicara soal kesetaraan, seniman disabilitas mungkin masih sering dipandang sebelah mata. Stereotipe inilah yang juga ingin dipatahkan melalui proyek kolaborasi internasional ini. “I’m a disabled person myself, and I want to celebrate professionalism and high quality in disable art,” tutur Andrew.

Bertukar Khazanah dan Interaksi Antar Negara Melalui Kolaborasi Mural Karya Seniman Disabilitas Wales dan Indonesia
Work in progress mural in Easton Community Center Bristol Source: Personal Documentation

Inspirasi Berawal Saat Melihat Difabel Bersepeda

Seperti diceritakan oleh Nano, ide mural karyanya muncul saat ia pertama kali sampai di Cardiff dan berkunjung ke Pedal Power, sebuah yayasan yang memiliki visi membuat semua kalangan, dari anak-anak sampai dewasa, dengan segala kemampuan, dapat bersepeda. Awalnya Nano ragu, bagaimana Butong yang seorang difabel bisa bersepeda? Butong sendiri mengakui bahwa kali terakhir ia bersepeda adalah 40 tahun yang lalu, saat usianya masih 7 tahun. Tapi dengan difasilitasi Pedal Power, hal itu ternyata bisa dilakukan.

“Meski mungkin hal kecil, tapi menurut saya penting berbagi pengalaman dengan teman-teman difabel untuk terlibat berbagai hal. Kadang kita bayangkan mereka nggak bisa melakukan itu, tapi dengan cara-cara tertentu ternyata itu bisa dikerjakan, salah satunya Pedal Power itu. Ini memungkinkan setiap orang untuk punya pengalaman bersepeda. Di kehidupan yang lebih luas lagi, ini adalah prinsip kesetaraan, di mana semua orang punya kesempatan yang sama,” urai Nano.

Bertukar Khazanah dan Interaksi Antar Negara Melalui Kolaborasi Mural Karya Seniman Disabilitas Wales dan Indonesia
Butong’s mural at Cardiff Pedal Power Source: Personal Documentation

Kolaborasi Awal Menuju Proyek Seni Internasional Masa Depan

Baik Andrew, Nano, dan Butong ketiganya menegaskan bahwa capaian terpenting dari proyek kolaborasi internasional ini justru adalah penguatan hubungan dan dialektika antar seniman yang terbentuk dalam proses interaksi mereka. Seperti disampaikan Andrew, “I can say that we have successfully already achieved a deepening understanding with each other. Relationship with each other is really strong now.” Butong menyatakan hal senada, “Ternyata yang aku dapat bukan hanya sekadar mural, bukan hanya sekadar gambar, tapi bagaimana hubungan antara seniman di sini. Guyub lah, seperti di Jogja.”

Meski begitu, seperti disampaikan Nano, proyek ini tentu saja baru merupakan sebuah awal mula, sebuah pilot project. Ia berharap akan ada lebih banyak seniman disabilitas yang bisa terlibat dalam proyek seni berskala internasional seperti ini, sehingga lebih banyak lagi yang bisa belajar lebih jauh tentang seni untuk masyarakat.

Akan tetapi, Butong menambahkan, tentu saja perlu ada persiapan panjang untuk mewujudkan harapan tersebut. Bukan hanya kesiapan dari senimannya itu sendiri, tapi juga kesiapan untuk berpikir dan bersikap inklusif dari keluarga dan masyarakat di sekitar sang seniman disabilitas. “Cara berpikir inklusif itu bukan cuma sekadar memberi bantuan fisik, tapi bagaimana memberikan satu ruang ide berpikir, kreativitas, mendorong cara berpikir. Itu yang penting,” tegas Butong.

Wulan dari  Indonesian Society in Wales (ISW) berharap agar proyek kolaborasi mural ini bisa membawa hal positif bagi warga Indonesia di Wales. “Ya baik itu sebagai partisipan sukarela di bidang seni, maupun dalam meningkatkan rasa solidaritas, kesetaraan dan kebersamaan dengan komunitas lokal dan komunitas disabilitas internasional,” pungkas Wulan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here