Pengalaman Studi S1 di Ujung Negara Malaysia – Universiti Utara Malaysia

1
2619
English and Investment Programme by Bursa Malaysia. Sumber: Dokumentasi Pribadi
English and Investment Programme by Bursa Malaysia. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Melati Budi Lestari Ningrum, ialah nama yang diberikan pada 30 Agustus 2002 saat seorang bayi perempuan lahir. Bayi mungil itu terlahir dari keluarga sederhana. Namun orang tuanya selalu berusaha mencukupkan kebutuhannya terutama pendidikannya. Agar kelak bisa memiliki nasib yang lebih baik dari mereka. 

Bayi itu adalah aku, yang kini baru saja beranjak ke umur 21 tahun. Kini, aku sedang menempuh pendidikan formal untuk gelar Bachelor of Finance di Universiti Utara Malaysia, sebuah universitas nan jauh di negeri jiran. Tepatnya terletak di perbatasan Malaysia dan Thailand. 

Kehidupanku Sebelum Merantau dan Darimana Aku Berasal

Teman-temanku biasa memanggilku Mel atau Melati. Aku berasal dari Kota Cirebon, sebuah kota kecil di perbatasan provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kedua orang tuaku ialah perantau dari daerah lain yang memilih bermukim di Cirebon karena terbilang jauh dari hiruk pikuk suasana kota besar. Aku sempat berpindah kota karena ikut ayah bertugas. Namun akhirnya Cirebon menjadi kota keluarga kami bersinggah hingga tamat Sekolah Menengah Atas.

Aku menamatkan sekolah menengah di SMAN 2 Kota Cirebon, dengan peminatan di jurusan Matematika dan IPA (MIPA). Sebuah SMA rujukan dan favorit di kotaku. Di sini aku bertemu dengan teman-temanku yang pintar dari berbagai kalangan dan latar belakang beragam, yang saling membaur satu sama lain. Walaupun lingkungan yang sangat kompetitif, d isisi lain, aku sangat merasakan lingkungan yang benar-benar supportive.. Beberapa orang menganggap lingkungan pertemanan di sekolah ini terlihat individualis karena jarang berkumpul atau berkegiatan bersama. Namun faktanya ialah mereka sibuk memperjuangkan cita-cita untuk apa yang ingin diraih.

Ucapan bangga tak terhingga dariku kepada teman-teman yang kini sedang mencoba peruntungan di dalam atau di luar negeri, semoga kita semua selalu bersinar. Aku sangat yakin banyak orang hebat dari daerahku. Aku berharap suatu saat teman-teman tidak akan lupa akan daerah kita. Untuk membangun atau berkontribusi, pada Cirebon.

Bagaimana Dapat Berkuliah di Malaysia

Aku yang beranjak remaja berminat untuk melanjutkan sekolah dengan jurusan teknik telah diterima di tiga kampus di Indonesia. Aku juga sangat penasaran rasanya merantau ke tempat yang jauh. Bermimpi belajar ke negaranya Albert Einstein belajar. Karena disana aku banyak mendengar dan membaca banyak penemuan modern dan kemajuan dalam bidang teknologinya. Namun, takdir berkata lain, kedua orang tua belum siap melepas anak 18 tahun tersebut ke negeri orang yang sangat jauh dan melewati beberapa samudera. Dengan beberapa pertimbangan jurusan, berakhir keputusan untuk kuliah di Malaysia dengan jurusan keuangan.

Alasan Memilih Universiti Utara Malaysia

Malaysia adalah negara ketiga tujuan favorit orang Indonesia untuk berkuliah, setelah Australia dan Amerika. Setelah melakukan riset, aku memutuskan memilih Universiti Utara Malaysia dengan beberapa pertimbangan, yaitu jarak yang tidak terlalu jauh dan sistem pendidikan yang bagus. Terutama akreditasi AACSB—The Association to Advance Collegiate Schools of Business, yaitu akreditasi yang hanya dimiliki sekolah bisnis dengan standar kualitas terbaik dari seluruh dunia. Lulusan kampus dengan jurusan yang memiliki akreditas ini umumnya dapat bekerja di negara manapun.

Akreditasi Universiti Utara Malaysia. Source of picture: https://uum.edu.my/
Akreditasi Universiti Utara Malaysia. Source of picture: https://uum.edu.my/

Ranking Universiti Utara Malaysia

Menurut data dari Times Higher Education tahun 2023, Universiti Utara Malaysia menempati peringkat kedua di Malaysia dan urutan ke-401-500 di peringkat dunia. Baru didirikan pada 1984, UUM masuk di urutan ke-95 terbaik di antara universitas muda lainnya di seluruh dunia.

Terletak di Perbatasan Malaysia dan Thailand

Lokasi UUM berada di District Kubang Pasu, Sintok, Negara Bagian Kedah, sangat dekat sekali dengan border immigration Dannok Thailand. Hanya perlu memakan waktu 20 menit saja naik sapu untuk sampai di border. Tidak jarang, ketika sedang mengantri di imigrasi, sering kali bertemu dengan sesama orang Indonesia yang juga ingin berwisata ke Thailand. Biasanya mereka ialah WNI (Warga Negara Indonesia) yang menetap di Malaysia untuk sekolah, bekerja, ataupun sedang berlibur di Malaysia.

Sumber Biaya Kuliah

Untuk biaya kuliah (tuition fee), pemerintah Malaysia maupun pihak universitas tidak menyediakan beasiswa untuk mahasiswa program Bachelor (Strata-1), dengan kata lain, aku mengenyam studi melalui self funded (biaya pribadi/dari orang tua). 

Biaya satu semester tentunya berbeda, tergantung jurusan yang kita ambil, untuk informasi lebih lanjut mengenai tuition fee, admission, dan lainnya dapat diakses melalui link: https://uum.edu.my/admissions/application-guidelines/undergraduate-international 

Namun, jika teman-teman berminat melanjutkan kuliah di Malaysia untuk program magister (Master’s Degree Program), terdapat kesempatan mendapat beasiswa dari Malaysian Government, Ministry of Higher Education (MoHE), dapat diakses melalui link: https://biasiswa.mohe.gov.my/INTER/index.php 

Part-Time Job

Part-time job atau kerja paruh waktu tersedia menjamur di kampus ini, biasanya di kafetaria, coffee shop, parcel center, kedai elektronik dan komputer. Biasanya penawaran kerja disebarkan melalui grup Facebook, WhatsApp, ataupun word of mouth. Rentang gaji beragam mulai dari RM5 hingga RM7 per jamnya. Pihak universitas sendiri memperbolehkan mahasiswanya kerja paruh waktu asalkan tidak melebihi dua puluh jam per minggunya, karena takut mengganggu konsentrasi belajar siswa.

Lingkungan yang Global

Indonesia adalah negara yang multikultural, terdapat ratusan etnis dan suku bangsa, sehingga menghasilkan bahasa yang berbeda, namun dipersatukan oleh bahasa Indonesia. Begitu pula dengan Malaysia yang terdiri dari tiga etnis utama, yaitu bangsa Melayu, Tiongkok, dan India. 

Bahasa Melayu ialah bahasa resmi di Malaysia dan English sebagai bahasa kedua disini. Namun, di UUM sendiri, aku merasakan lingkungan yang lebih global, banyak murid internasional yang datang dari berbagai negara Timur Tengah, seperti dari Arab Saudi, Yaman, Aljazair, Maroko, kemudian dari Afrika seperti Nigeria, Somalia, Zimbabwe, dan juga dari Asia Timur, contohnya dari China. Karena UUM memiliki beberapa MoU (Memo of Understanding) dengan kampus dari luar negeri, sehingga terkadang kita bisa bertemu teman-teman yang datang dari Jepang, Prancis, atau negara lainnya.

Pengalaman Studi S1 di Ujung Negara Malaysia – Universiti Utara Malaysia

Acara di Universitas, berfoto dengan Hafidz. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bahasa

Untuk dikelas, tentunya bahasa formal yang digunakan adalah bahasa Inggris karena sistem pendidikan di Malaysia adalah adaptasi dari pendidikan British. Kita diharapkan berdiskusi dan menjawab pertanyaan menggunakan bahasa Inggris, walaupun terkadang lecturer sedikit menyelipkan slang atau kata-kata dalam bahasa Melayu. Banyak orang mengira jika kuliah di Malaysia kita menjadi pandai cakap macam upin-ipin, hihihi! Bisa jadi. 

Disini setiap ras memiliki bahasa ibu dari bangsa mereka sendiri, contohnya bangsa Melayu menggunakan bahasa Melayu, bangsa Tiongkok menggunakan Mandarin, Hokkien, atau Cantonese, sedangkan orang India menggunakan bahasa Tamil. Mereka dipersatukan dengan bahasa Melayu, ataupun alternatif lain yaitu bahasa Inggris. Namun, sebagai orang Indonesia, kita tak perlu khawatir kesulitan berkomunikasi karena bahasa Melayu dan bahasa Indonesia memiliki akar bahasa yang sama. Bahkan, aku bertemu teman-teman Malaysia yang berbicara bahasa Indonesia ketika berbicara denganku, mereka berkata paham bahasa kita karena hobi menonton sinetron, film Indonesia, mendengarkan lagu Indonesia, maupun bermain mobile legend dengan orang Indonesia. Waduuuh asyiknya… ajarkan mereka kata-kata yang baik ya! :p

Makanan Khas yang Beragam

Meskipun aku tipikal orang yang sangat pilih-pilih dalam hal makanan dan sangat mencintai makanan khas Indonesia, selama aku di Malaysia, aku mencoba banyak kuliner baru yang khas. Beberapa contoh dibawah ialah favoritku.

Melayu: Nasi Lemak Ikan Bilis

India: Nasi Kandar, Roti Canai

Cina: Yee Mee, Sizzling, Kungfu

Thailand: Mee Siam

Western: Chicken chop dan Chicken grill + potato wedges

Jangan khawatir bila teman-teman sedang rindu masakan Indonesia, di UUM telah banyak kedai yang menjual seperti ayam penyet, ayam geprek, bakso, walaupun rasanya tidak sama persis seperti di kampung, tetapi bisa sedikit mengobati rindu, ‘kan? Uuuuh sedap! :p

Kejadian Lucu

Ada satu kejadian lucu ketika aku sedang mengobrol dengan teman chinese di Malaysia. Mereka membahas story instagram-ku yang sedang memasak capcai. Lemudian mereka bertanya apakah capcay yang aku masak adalah capcai masakan China. Aku pun mengangguk. Dilanjut mereka bertanya, “Aren’t you moslem? Do you eat pork also?

Aku pun terkejut dibuatnya dan tertawa. Aku menjawab bahwa capcai yang aku masak dengan teman-temanku menggunakan ayam, aku lanjut menjelaskan bahwa beberapa makanan Tiongkok di Indonesia adalah hasil akulturasi antara kebudayaan Tiongkok dan Indonesia. 

Pengalaman Studi S1 di Ujung Negara Malaysia – Universiti Utara Malaysia

Chicken Team. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ketertiban

Beberapa hal yang aku sangat kagumi dari Malaysia salah satunya ialah jarang adanya berisik karena klakson kendaraan. Berbeda dengan di Indonesia, kenderaan di Malaysia cenderung tidak membunyikan klakson, kecuali dalam keadaan darurat. Kemudian, budaya tertib lainnya ialah mengantri. Sangat senang rasanya mengetahui kesadaran yang tinggi dan menghargai artinya menunggu disini.

Kerapihan dan Terstruktur

Malaysia adalah salah satu negara yang menggunakan sistem jaringan listrik bawah tanah, sehingga menambah kesan rapi dan nilai estetika suatu tempat karena tidak adanya kabel-kabel melintang yang ruwet. Hal ini juga berdampak lebih aman, karena menghindari adanya kecelakaan, konslet, ataupun vandalisme.

Oiii Dobi, yok!”

Aku terheran-heran saat temanku mengatakan kata-kata itu, berpikir keras apa itu dobi. Lalu ia menjelaskan bahwa dobi adalah mencuci pakaian dengan mesin dengan self-service. Berbeda dengan di Indonesia dimana jasa laundry bertebaran dan kita hanya perlu membayar dan mendapatkan kembali pakaian kita yang telah wangi, terlipat rapi, dan di plastik. 

Di Malaysia, terdapat dua tahap dalam dobi:

Tahap 1: Kita menukarkan uang dengan koin untuk dimasukan kedalam washing machine (mesin pencuci), biayanya ialah sekitar RM6, waktunya kurang lebih 40 menit.

Tahap 2: Setelah mesin cuci berhenti, kita dapat memasukan baju yang basah tersebut kedalam dry machine (mesin pengering). Biayanya sekitar RM4, dengan estimasi waktu 25 menit. Untuk estimasi waktu, detailnya kembali lagi kepada berapa kg mesin yang dipilih, yaa!

Menjadi Orang Indonesia Sendirian di Kelas

Finance ialah salah satu jurusan yang sangat jarang diambil oleh mahasiswa Indonesia di Universiti Utara Malaysia. Mayoritas mahasiswa Indonesia mengambil program International Business (Bisnis Internasional), International Affairs (Hubungan Internasional), Entrepreneurship (Kewirausahaan), ataupun jurusan lainnya. Sehingga, total mahasiswa Indonesia di jurusan finance hanya sisa 2 orang, yaitu aku dan temanku, Faza. 

Ada beberapa subject yang mana kita dapat tidak sekelas. Hal seperti ini membuatku dan Faza terkadang menjadi mahasiswa Indonesia satu-satunya di kelas, mengharuskan kita untuk bisa berinteraksi dan beradaptasi dengan mahasiswa lokal untuk memperluas pergaulan. 

Pengalaman Studi S1 di Ujung Negara Malaysia – Universiti Utara Malaysia

Faza, teman asal Indonesia satu-satunya di jurusan Finance. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pengalaman Mengikuti Organisasi dan Aktivitas Kampus

Menurutku, kurang rasanya bila belajar keluar negeri tanpa berinteraksi dengan orang-orang disekitar. Maka dari itu, aku mencoba aktif dengan bergabung di organisasi fakultas, Finance and Banking Sciety (FABS), walaupun saat itu masa COVID-19 dan seluruh kegiatan dilaksanakan online. Aku sangat bersyukur teman-teman lokal menerima keberadaanku dengan ramah, disana terbuka jalan dan peluang bagiku mengikuti kepanitiaan maupun aktivitas pengembangan diri, dan juga mengenal lebih banyak orang untuk koneksi yang lebih luas.

Akhir Kata

Terima kasih senantiasa aku ucapkan kepada orang tua, teman-teman, dan Hafidz Subhan, teman spesial yang selalu ada untuk membantu dan menemani di kala masa-masa sulit dan masa senang selama di UUM. Aku akan mengakhiri cerita-ceritaku sampai disini. Sekian secuil pengalaman kehidupanku sebagai pelajar Indonesia di Malaysia. Aku harap bermanfaat bagi teman-teman yang mencari referensi belajar ke Malaysia

Pengalaman Studi S1 di Ujung Negara Malaysia – Universiti Utara Malaysia

Orang tua Tercinta saat mengantar ke Bandara. Sumber: Dokumentasi Pribadi

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here