Mengoptimalkan Riset PhD dan Pendidikan Anak: Kisah Aliya dari Stirling

0
443
Aliya dan keluarga menikmati keindahan alam di sekitar Stirling (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Aliya dan keluarga menikmati keindahan alam di sekitar Stirling (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pemandangan hijau, nyaman, dan tentram seperti di Skotlandia sangat mendukung langkah-langkah mahasiswa dalam menjalani perjalanan akademis di luar negeri. Aliya Nur Zahira, yang akrab dipanggil dengan Aliya, merupakan seorang ibu dan istri yang bersemangat, mengarungi dunia pendidikan tinggi di tanah Skotlandia, menuliskan kisahnya yang penuh inspirasi.

Perjalanan Menuju Gelar PhD dan Beasiswa Scottish Graduate School of Social Sciences (SGSSS)

Ini bukan kali pertama lagi bagi Aliya menempuh pendidikan di luar negeri. Tersembunyi perjalanan pendidikan Aliya yang penuh perjuangan. Menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana atau S1 di bidang Farmasi Klinik dan Komunitas di ITB, Aliya melanjutkan pendidikannya ke Belanda, di Wageningen University, untuk menggali lebih dalam di bidang Nutrition and Health. Namun, perubahan signifikan dalam hidupnya terjadi setelah Aliya menikah dan memiliki dua anak.

Motivasi Aliya untuk memilih bidang riset PhD bermula dari pengalaman pribadinya. Menyusui tandem dua anak dengan selisih usia satu tahun memicu minatnya untuk memahami pengaruh faktor sosio-kultural terhadap keberlanjutan menyusui pada ibu dari berbagai kelompok etnisitas di Skotlandia.

Rencana studi Aliya untuk mengejar gelar PhD di Skotlandia diperkuat oleh dukungan beasiswa SGSSS. Program beasiswa “1+3 award” yang dia terima memungkinkannya mengikuti pelatihan riset akademik intensif selama satu tahun sebelum memasuki tahap doktoral selama tiga tahun. Beasiswa SGSSS yang berada di bawah naungan badan riset sosial dan ekonomi Britania raya (Economic and Social Research Council UK). Training tahun pertamanya akan dilakukan dengan mengikuti program MSc Applied Social Research di University of Stirling, Skotlandia. Dukungan ini tidak hanya memberinya kepastian finansial, tetapi juga memastikan bahwa Aliya memiliki bekal pengetahuan yang cukup untuk menjalankan risetnya dengan baik.

Menyusuri Stirling

Stirling, sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh keindahan alam Skotlandia, menjadi tempat Aliya menelusuri jalan-jalan baru dalam perjalanan akademisnya. Meskipun pernah tinggal di Skotlandia sebelumnya, Stirling memberikan nuansa yang berbeda, dengan perbukitan yang menawarkan pemandangan memukau dan sejarah yang mendalam.

Pengalaman kuliah di University of Stirling menghadirkan keseimbangan yang apik antara studi dan kehidupan keluarga. Dengan fasilitas nursery di kampus, Aliya dapat menyatukan tanggung jawab akademisnya dengan keberlanjutan kehidupan keluarga. Secara historis, Stirling tentu tak kalah menarik daripada Aberdeen, kota di Skotlandia di mana Aliya tinggal sebelum akhirnya pindah ke Stirling. Aliya menemukan Stirling sebagai kota yang penuh dengan kisah historis dan strategis baginya.

Kuliah dan Kesibukan Sehari-hari

Sebagai mahasiswa PhD, Aliya memiliki jadwal kuliah tatap muka selama dua hari dalam seminggu. Fokus utama bidang yang dipelajarinya adalah seputar bagaimana melakukan sebuah riset. Aliya mendapat kesempatan untuk memperdalam ilmu seputar metode-metode riset dalam ilmu sosial, mulai dari metode kualitatif, kuantitatif serta mempelajari keseluruhan proses riset itu sendiri. Setelah urusan kuliah selesai, Aliya menyibukkan diri di rumah, menyeimbangkan antara tanggung jawab akademis dan kehidupan keluarga. Dengan suami yang mendukung sepenuh hati, Aliya berhasil menciptakan suasana harmonis di antara tugas-tugasnya sebagai ibu dan mahasiswa.

Keputusan Aliya untuk memanfaatkan fasilitas pendidikan usia dini gratis di Skotlandia membuka pintu berbagai manfaat bagi keluarganya. Anak-anaknya dapat mengakses nursery di kampus, memberikan mereka pengalaman pendidikan yang positif. Aliya merasakan keseimbangan hidup yang lebih baik, dengan fasilitas ini memudahkan langkah-langkahnya dalam mengejar studi doktoral.

Salah satu alasan Aliya memilih S3 di Skotlandia adalah karena program jaminan sosialnya yang menguntungkan bagi keluarga. Setiap anak di Skotlandia, baik penduduk asli atau pendatang, yang telah menginjak usia 3 tahun berhak mendapatkan Pendidikan usia dini gratis sebanyak 1140 jam dalam setahun. Jumlah ini setara dengan penempatan di nursery selama 6 jam di 5 hari kerja (30 jam per pekan). Setelah dinyatakan lulus beasiswa SGSSS, hal pertama yang Aliya lakukan adalah mendaftarkan anak pertama saya yang sudah berusia 3 tahun ke nursery di University of Stirling.

“Ya, betul, alhamdulillah kampus saya memiliki fasilitas nursery tersendiri. Sebuah kesyukuran yang sangat kami nikmati. Nursery di kampus Stirling dikomandoi oleh Departemen Psikologi, dan masih terdaftar dan didanai oleh Stirling City Council. Alhamdulillah anak saya bisa langsung diterima karena masih ada slot kosong. Selain itu, anak dari mahasiswa dan staf di kampus juga akan diutamakan,” jelas Aliya.

Benefit yang ditemukan Aliya untuk anak-anaknya di Skotlandia tersebut diakuinya sangat memudahkan ritme hidup sebagai seorang mahasiswa yang telah berkeluarga. Tidak hanya memberikan manfaat bagi keluarganya, tetapi Aliya melihat potensi besar untuk konsep serupa di Indonesia. Pengalaman positifnya dengan fasilitas pendidikan anak di Skotlandia memberikan inspirasi bahwa model ini dapat diadaptasi dan diimplementasikan di Indonesia dengan kajian yang matang mengenai sumber daya dan dukungan masyarakat yang diperlukan.

Aliya juga menjelaskan bahwa banyak sekali kegiatan yang bisa diikuti dengan gratis untuk anak-anaknya. Aliya merasakan perkembangan sosial anak-anaknya meningkat semenjak ia bersekolah. Mereka menjadi lebih terbuka, supel, dan mudah bergaul dengan orang lain, dibandingkan saat sebelum masuk sekolah; dimana mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk mau berbaur atau berinteraksi dengan orang lain. Hal ini juga menguntungkan dirinya dalam segi perkembangan bahasa. Hal lain yang Aliya senangi dari nursery di kampus adalah mereka memiliki portal laporan perkembangan yang dapat diakses oleh orangtua. Orang tua bisa mengetahui apa yang dilakukan anak di sekolah, dan guru juga memberikan keterangan keterampilan jenis apa saja yang sudah atau sedang anak kembangkan lewat permainan-permainan atau kegiatan yang ada di sekolah. Ini sangat membantu orangtua untuk memantau perkembangan anaknya, baik dari segi mental, emosional, sosial, dan akademik. Guru-guru yang selalu terbuka dan menghormati setiap kepercayaan anak dan orangtua juga hal patut diapresiasi.

Tips dan Pesan Aliya untuk Mahasiswa Indonesia di Skotlandia

Aliya, dengan kebijaksanaannya sebagai mahasiswa, ibu, dan istri, memberikan sejumlah tips berharga untuk rekan-rekannya yang sedang menjalani perjalanan serupa di Skotlandia:

  • Libatkan Tuhan dan Ridho Pasangan: Doa dan dukungan pasangan adalah pondasi yang kokoh.
  • Riset Fasilitas Pendidikan Anak: Pilih kampus yang menyediakan fasilitas pendidikan anak terdekat.
  • Komunikasi dan Kerjasama: Selalu berkomunikasi dengan pasangan, dan bersikap fleksibel dalam mendukung satu sama lain.
  • Prioritaskan Tugas: Tetapkan prioritas dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
  • Dapatkan Dukungan: Temukan dukungan dari sesama mahasiswa dengan tanggung jawab keluarga.
  • Fleksibel dan Bersyukur: Bersiaplah untuk situasi yang tidak sesuai rencana dan selalu bersyukur atas keberhasilan kecil.

Aliya memberikan contoh bahwa melibatkan keluarga dalam perjalanan akademis bukanlah hal yang mustahil dan bisa menjadi pengalaman yang penuh makna.


BAGIKAN
Berita sebelumyaWaktu Akan Tiba Kuliah Di Amerika: Jatuh Bangun Munissa Demi Lolos LPDP
Berita berikutnyaMengenal 3-Minute Thesis (3MT): Wahana Presentasi Riset secara Ringkas
Annisa works remotely as a news contributor for an aquaculture magazine in Indonesia and also works in the Community Development Service in Scotland, UK. She's just graduated with a master's degree in Sustainable Aquaculture from the University of Stirling with a British Council Scholarship for Women in STEM. During her time studying in the UK, she actively encouraged women to pursue careers in STEM. Annisa dedicates her free time as a columnist for @indonesiamengglobal. She also loves to be involved in nature/outdoor and social activities.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here